Legenda Gunung Agung: Potongan Mahameru Yang Diangkat Oleh Para Dewa Dan Jatuh di Bali
Pengetahuan dan mitos mengenai gundukan tanah setinggi 3.031 m ini hanya mereka dapatkan dari tradisi lisan generasi ke generasi.
Wallace dalam kunjungannya ke Bali tahun 1880 mengatakan Agung sebagai “gunung api yang besar” tanpa menyebut-nyebut kapan pernah meletus.
Sedangkan Raffles dalam History of Java malah tidak tahu sama sekali namanya, kecuali mengenal “gunung di Karangasem Bali”.
Namun ia sempat mencatat bahwa gunung itu pernah meletus hebat tahun 1811.
Abunya sampai ke daerah Sumbawa.
Lain halnya yang tertulis pada lontar catatan sejarah Bali, letusan terakhir gunung itu terjadi tahun 196.
Sebelumnya pemah juga meletus pada tahun 191 dan 148.
Warga sekitarnya pun tak ada yang tahu persis ihwal gunung tersebut.
Pengetahuan dan mitos mengenai gundukan tanah setinggi 3.031 m ini hanya mereka dapatkan dari tradisi lisan generasi ke generasi.
Legenda yang mereka percayai, gunung ini merupakan bagian dari Gunung Mahameru di India.
Menurut kisahnya, pada zaman dahulu ketika sebagian Mahameru diangkat oleh para dewa ke sini, tiga potong gumpalan tanahnya jatuh.
Satu jatuh di kawasan Jawa dan berubah menjadi Gunung Semeru, yang kedua jatuh di Bali membentuk Gunung Agung, dan yang terakhir jatuh di Pulau Lombok menjelma menjadi Gunung Rinjani.
Oleh karena itu ketiga gunung tersebut bisa dibilang masih bersaudara.
Pada waktu tertentu mereka harus melakukan persembahan ke tiga tempat tersebut.
“Sampai sekarang masyarakat Bali masih menganggap Gunung Agung sebagai tempat suci seperti halnya orang India menganggap Gunung Mahameru. Semakin tinggi suatu tempat, semakin suci karena di sana dipercaya bersemayam Sanghyang Widi Wasa," kata Shadeg SVD, rohaniwan yang sejak 1950 sudah menekuni budaya Bali.
Tak mengherankan, ada perlakuan-perlakuan khusus terhadap gunung satu ini.