Hari Raya Imlek
Tampilkan Akulturasi Budaya Bali-China, BKF 2019 Target Datangkan 2.000 Turis Tiongkok
Balingkang Kintamani Festival 2019 akan menekankan pada akulturasi budaya Bali dan China melalui kisah percintaan segitiga
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
“Festival ini seperti testing the water. Kami ingin lihat respons wisatawan China seperti apa,” ucap Agung Partha.
Dikatakannya, dukungan masyarakat Kintamani terhadap festival ini sangat besar dan mereka begitu antusias ikut menyukseskan festival ini.
Warga Tionghoa yang ada di Bali juga merespons positif dan memberikan dukungan.
“Walau dengan anggaran yang minim, kita akan lakukan yang terbaik,” tuturnya.
Selanjutnya, festival ini juga menjadi bagian strategi memikat wisatawan China dengan hubungan budaya yang terjalin antara Bali dan China sejak zaman dulu.
Untuk memaksimalkan festival ini, akan disediakan pemandu wisata yang berbahasa Mandarin untuk mengkomunikasikan inti cerita kepada para wisatawan.
Baca: Sepi Pengunjung, Rumah Pintar Akan Dijadikan Tempat Berkumpulnya Para Peneliti Muda Denpasar
Baca: Kisah Pilu Pengantin Wanita Duduk Bersanding Foto Calon Suami, Hari Bahagia Berubah Duka
Baca: Apa yang Istimewa Bagi Kelahiran Kamis Umanis Pahang?
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bali AA Gede Yuniartha Putra berharap BKF bisa menjadi langkah awal revitalisasi pasar wisatawan China di Bali yang sebelumnya sempat menurun.
“(Festival) Ini ide luar biasa, bagaimana kita membangkitkan wisatawan China yang sekarang ini kondisinya agak sedikit menurun, tapi tetap menjadi ranking pertama jumlah kunjungan wisatawan mancanegara,” kata Yuniartha.
Karakteristik wisatawan asal China yang banyak mengandalkan rekomendasi dari keluarga dan kerabat serta ulasan sosial media saat memilih sebuah destinasi untuk berlibur, diperlukan strategi publikasi yang tepat.
“Bagaimana kita juga mencoba mengangkat wiatawan-wisatawan dari China yang out bond-nya cukup besar,” tuturnya.
Menurut Yuniartha, cerita Jaya Pangus dengan Kang Cing Wie ini sangat layak untuk dipromosikan di China karena adanya perkawinan campuran sehingga diharapkan menjadi daya tarik wisatawan.
Disamping itu, sejak lama sudah ada orang China yang bermukim di Batur dan Kintamani sebagai orang Bali.
“Ini adalah test case, acara yang direncanakan sangat mendadak. Kedepan akan dibuat kegiatan serupa yang lebih sempurna. Festival akan dilaksanakan terus menerus pada tahun-tahun mendatang,” tandasnya.
Rangkaian acara BKF 2019 diawali dengan acara seminar sebanyak dua kali, yaitu bertempat di Griya Santrian pada Rabu (30/1/2019) dan Geo Park Batur pada (31/1/2019).
(*)