Dampak Lonjakan Harga Tiket Pesawat

Ketua ASITA Bali Sebut Kenaikan Harga Tiket Pesawat Pengaruhi Wisatawan Domestik

Terkait mahalnya tiket memang sangat berpengaruh pada jumlah wisatawan domestik

Penulis: Rino Gale | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Suasana terminal keberangkatan domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Jumat (8/2/2019) 

Laporan Wartawan Tribun Bali - Rino Gale

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kenaikan harga tiket pesawat sangat berdampak bagi pariwisata khususnya di Bali.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung.

Ketua ASITA Bali, I Ketut Ardana mengatakan, terkait berbagai kejadian-kejadian atau peristiwa yang ada di dalam maupun luar Bali semisal kejadian gempa Lombok, kecelakan pesawat Lion Air, dan kasus-kasus seperti masalah Tiongkok, serta harga tiket mahal ini memang mempengaruhi turunya jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Terkait mahalnya tiket memang sangat berpengaruh pada jumlah wisatawan domestik, kalau mancanegara sendiri hanya kemungkinan kecil saja. Kalau berbicara target kunjungan, setiap tahun kunjungan di Bali mengalami peningkatan, walau tidak mencapai angka yang ditargetkan 6,5 juta pada tahun 2018. Pada tahun 2017 sebesar 5,7 juta dan tahun 2018 meningkat sebesar 6 juta," ujarnya saat dihubungi Tribun Bali, Jumat (8/2/2019).

Antisipasinya, harus berkoordinasi dengan pihak airline dan pemegang kebijakan serta pihak pemerintah yakni kementerian perhubungan.

"Mestinya ini disuarakan agar dievaluasi, karena ini sangat berpengaruh khususnya di dunia pariwisata. Apalagi kalau kita bicara wisatawan domestik yang melihat harga tiket tujuan Bali yang mahal, maka hilang sudah keinginan untuk berlibur. Saya masih belum melihat berapa persentase wisatawan domestik yang datang, tapi kemungkinan besar dengan melihat harga tiket pesawat yang mahal pasti menurun," ungkapnya

Tidak hanya ASITA Bali yang mengeluhkan hal tersebut, Ketua ASITA di berbagai daerah pun juga ikut mengeluh.

"Grup berbagai Ketua ASITA semua sama mengeluhkan dengan harga tiket. Jadi mereka sulit untuk berbisnis. Harapanya agar pemerintah lebih cepat menanggapi hal seperti ini," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua PHRI Badung, I Gusti Rai Suryawijaya mengungkapkan, untuk jumlah wisatawan yang menginap pada semester pertama bulan Januari- Februari rata-rata masih 60 persen.

Pihaknya serta stakeholder terkait, bersama-bersama melakukan promosi dengan menurunkan harga sampai bulan April.

"Dengan adanya paket, target yang kita harapkan untuk semester pertama ini mudah-mudah meningkat. Nantinya kan semester kedua target bisa mencapai 70 persen dan selanjutnya 80 persen," ujar I Gusti Rai Suryawijaya.

Dengan mempunyai strategi seperti ini, ia berharap pada bulan Mei nanti situasi akan membaik.

"Dalam membangun pariwisata, seluruh stakeholder harus saling support untuk membuat paket murah. Sama halnya dengan pihak airline yang menjual tempat duduk, sedangkan kami menjual kamar. Ya strateginya melakukan promosi dengan harga khusus," harapnya.

Salah satu hotel di Bali yakni The Trans Resort Bali di jalan sunset road, Seminyak, jumlah pengunjung mengalami penurunan sebanyak 15 persen.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved