Ida Bagus Suartama & Indra Pratama, 2 Warga Binaan di Lapas Bangli Dikeroyok 16 Napi, Ini Sebabnya
Satu napi yang dikeroyok 16 orang hingga menyebabkan pendarahan itu, diduga sebagai informan lantaran dekat dengan petugas lapas.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kerusuhan sesama narapidana (napi) di lembaga pemasyarakatan narkotika (lapastik) Bangli pada Kamis (14/2) dan Jumat (15/2), salah satunya dipicu akibat kesalahpahaman.
Satu napi yang dikeroyok 16 orang hingga menyebabkan pendarahan itu, diduga sebagai informan lantaran dekat dengan petugas lapas.
Motif pengeroyokan ini diungkapkan oleh Kasubag Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi ketika ditemui Sabtu (16/2).
Ia menjelaskan, kejadian pengeroyokan pada hari Jumat itu diketahui pukul 12.00 Wita pada seorang napi bernama Indra Pratama.
Beredar isu, bahwa napi yang merupakan pindahan dari lapas Kerobokan, Denpasar ini merupakan seorang informan lapastik, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi beberapa warga binaan.
Di samping itu, isu Indra sebagai informan juga dinilai membuat ruang gerak 16 orang pelaku pengeroyokan terbatas.
"Akibat kecurigaan itu, pelaku langsung melakukan pengeroyokan sehingga korban mengalami pendarahan pada bagian mata kiri, bibir lecet, bagian kepala belakang mengalami benjol besar, serta bengkak pada pinggang bagian kiri," ujarnya.

Pihaknya yang mendapati laporan pengeroyokan tersebut, langsung mendatangi lapas yang terletak di Banjar Buungan, Desa Tiga, Susut itu dengan melibatkan polsek sekitar.
44 personel yang kepolisian yang terlibat selanjutnya melakukan penggeledahan, di samping juga mengamankan 16 pelaku pengeroyokan masing-masing bernama Marselinus Foni, Ngurah Oki Wisnu Murti, Ngakan Gede Bayunu, Made Narta Bujangga, Ida Bagus Nyoman Sutama, Muchamad alias Abi, Fernando Bobe Asa, Ida Bagus Putu Darma Putra, Putu Suara Mahardika, Muhammad Ridha alias Jodi, Khoirul Anam, I Made Wirawan, Novan Adi Hariyanto, Gusti Ngurah Yuliana, I Gede Gunawan Suteja, I Made Agus Sastrawan.
"Saat ini 16 warga binaan yang diduga sebagai pelaku pengeroyokan itu ditempatkan ke ruang khusus isolasi lapastik buungan," ujar AKP Sulhadi.
Lanjutnya, pasca kejadian pengeroyokan itu, pihaknya mengatakan akan mem-backup secara penuh pengamanan di Lapastik maupun Rutan Bangli, serta meningkatkan kegiatan intensitas patroli rutin ke lapas tersebut.
Sehingga bilamana kedepan ada kejadian serupa, penanganan bisa lebih cepat.
Dikatakan pula, beberapa anggota kepolisian Susut akan disiagakan di pos depan pintu masuk lapas.
"Jadi yang biasanya patroli rutin sehari 2 kali, kini ditingkatkan menjadi 4 kali. Begitupun jika biasanya bentuk patroli secara dialogis dari yang semula anggaplah 10 menit, kini menjadi 30 menit hingga 1 jam," tandasnya.
Kepala Lapastik Bangli, Arif Rahman tidak menyangkal terjadi pengeroyokan di Blok C lapastik Bangli.
Namun pihaknya menampik jika terjadi kerusuhan. Sebab suasana di lapas pada saat pengamanan sejumlah pelaku hingga saat ini tetap kondusif.
Ia menjelaskan, pengeroyokan terjadi pada dua hari berbeda.
Yakni pada hari Kamis (14/2) yang berujung pada pengancaman dari 16 pelaku pengeroyokan kepada korban bernama Ida Bagus Suartama agar tidak melaporkan pada petugas lapas.
Belum terungkap pelakunya, pengeroyokan kembali terjadi pada hari Jumat (15/2) dengan pelaku yang sama, hingga menyebabkan korban hampir pingsan.
"Kejadian pada hari Kamis kami ketahui sore hari. Korban tidak berani melapor karena ketakutan. Namun pada pukul 17.30 Wita saat penutupan kamar, korban baru berani melapor pada petugas, dan langsung kami pindahkan kamarnya di blok berbeda untuk keselamatan yang bersangkutan. Sedangkan pada kejadian hari Jumat, korban langsung melapor siang itu ke petugas dengan kondisi shock. Akhirnya kami langsung berikan perawatan dan tanyai dia," terangnya.
Arif mengatakan belum bisa secara pasti memberikan keterangan apa motif dibalik pengeroyokan ini, sebab pihaknya masih terus melakukan penelusuran melalui pemeriksaan terhadap para pelaku.
Namun diduga, 16 napi ini memiliki kecurigaan pada korban yang dianggap merupakan informan karena dekat dengan petugas lapas.
Kedekatan antara korban dengan petugas juga tidak dipungkiri oleh Arif, mengingat korban merupakan napi tamping atau yang dipercaya melakukan suatu kegiatan di dalam lapas.
"Karena korban merupakan napi tamping dan dekat dengan petugas, maka timbul kecurigaan. Padahal belum tentu benar kecurigaan mereka. Namun ini belum merupakan kesimpulan. Sedangkan seluruh pelaku ini baru dilayar 3 hingga 4 bulan lalu, antara pelaku dan korban merupakan satu blok. Bahkan beberapa kali diketahui mereka kerap berkumpul," bebernya.
Atas kejadian ini, pihak lapastik akhirnya mengambil tindakan dengan melakukan pemeriksaan ke dalam lapas, bersama 44 personel dari Polres Bangli dan Polsek Susut.
Pemeriksaan ini, jelas Arif, dilakukan pada pukul 17.30 Wita hingga 19.00 Wita saat penutupan kamar dengan dua tujuan.
Yakni penggeledahan ke seluruh kamar sebagai antisipasi upaya peredaran pengguna dan pengendalian narkoba dari dalam lapas, dan kedua untuk mencari 16 orang pelaku pengeroyokan tersebut.
Pihaknya mengatakan sangat terbantu dengam dukungan jajaran kepolisian Polres Bangli dan Polsek Susut.
"Pelaku pengeroyokan sempat ditutup matanya dengan tangan terborgol saat akan diambil. Tujuannya agar tidak dilihat saat dilakukan klarifikasi dari korban maupun napi lainnya terhadap siapa yang melakukan pemukulan."
Selama proses itu berjalan tertib, tanpa ada perlawanan apapun. Terhadap penggeledahan sore itu, kami menemukan sekitar 4 handphone," terang Arif.
Seluruh pelaku pengeroyokan selanjutnya ditempatkan pada ruang isolasi sementara.
Arif mengatakan ada sanksi berupa hukuman disiplin, yang nantinya dijatuhkan pada para pelaku pengeroyokan ini bilamana terbukti bersalah.
Dikatakan pula pihaknya belum ada rencana memindahkan sejumlah pelaku pengeroyokan.
Namun juga tidak menutup kemungkinan para pelaku bisa dipindahkan.
"Hukuman disiplinnya pasti ada. Yang paling berat dicabut hak-haknya diusulkan remisi. Terkait pemindahan saat ini belum ada perencanaan pindah. Namun jika kedepannya ada petunjuk, kemungkinan bisa dipindahkan mereka," ujarnya. (*)