Makna Dan Kesakralan Tarian Legong Lasem Hingga Peserta Kerauhan di Depan Puri Agung Denpasar

Ia menambahkan tari ini hingga kini belum diketahui siapa penciptanya dan bisa disebut tari wali maupun bebali.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / Putu Supartika
Penari Legong Lasem 

"Kalau tidak ada komitmen pemerintah, sekolah, sangar-sangar, orang tua, siapa yang mau belajar. Sekali tampil hampir 25 menit. Tidak ada yang mau belajar seperti ini," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Mataram mengatakan setiap penari membawa style Legong Lasem masing-masing, akan tetapi gerakannya semuanya sama.

"Style itu misalnya ada yang agak jongkok ada yang setengah berdiri. Kompetisi ini juga untuk memperlihatkan skill atau kebolehan mereka dari hasil latihan di sanggarnya masing-masing. Tapi pesertanya dibuka umum mau perwakilan sekolah atau sanggar yang penting setingkat SD," kata Mataram.

Ia menambahkan tari ini hingga kini belum diketahui siapa penciptanya dan bisa disebut tari wali maupun bebali.

"Dulu tari ini biasanya ditarikan di keraton, sehingga namanya Legong Keraton, namun aslinya yakni Legong Lasem," katanya.

Sementara itu beberapa peserta juga mengalami kerauhan usai menarikan legong ini.

"Ya karena ada yang menggunakan gelungan sakral, makanya selesai menari ada beberapa yang kerauhan," imbuh Mataram. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved