Berita Banyuwangi

Pabrik Kereta Api Terbesar di Indonesia akan Adopsi Arsitektur Suku Osing Banyuwangi

Pembangunan pabrik PT Industri Kereta Api (INKA), yang akan menjadi pabrik terbesar di Indonesia akan dibangun di Banyuwangi.

Haorrahman
Salah satu desain bangunan pabrik kereta api di Banyuwangi. 

TRIBUN-BALI.COM, BANYUWANGI - Pembangunan pabrik PT Industri Kereta Api (INKA), yang akan menjadi pabrik terbesar di Indonesia akan dibangun di Banyuwangi.

Pabrik kereta api nasional ini akan dibangun dengan desain yang mengadopsi kearifan lokal, menggunakan arsitektur Suku Osing Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya telah menggelar pertemuan dengan direksi INKA dan arsitek Denny Gondo yang mendesain pabrik tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, tim arsitek memaparkan desain bangunan yang ada dalam pabrik.

"Kami sepakat dengan desain yang diajukan arsitek, Denny Gondo. Tetap dengan konsep arsitektur hijau yang ramah lingkungan dan hemat energi, seperti ruang publik lain yang ada di Banyuwangi seperti terminal bandara dan pendopo kabupaten. Dan yang pasti, bangunannya akan mencerminkan kekhasan arsitektur Suku Osing," kata Anas.

Suku Osing sendiri adalah masyarakat asli Banyuwangi.

Anas mengakui, pembahasan desain bangunan pabrik PT INKA tersebut sempat molor sehingga rencana peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik kereta itu pada Januari 2019 lalu tertunda.

Desain bangunan yang diajukan belum mendapat persetujuan Pemkab Banyuwangi karena kurang kental nuansa kearifan lokalnya.

Baca: Masyarakat Ikuti Lomba Tangkap Bebek Ditemani Lagu Dangdut dalam Serangkaian HUT Kota Denpasar

Baca: Interior Nuansa Bali United di Mobil Fans Fanatik, Hasilnya Keren!

Baca: Go-Pay dan Go-Jek Dukung Pasar Badung jadi Smart Heritage Market, Bisa Bayar dengan Nontunai

Sehingga, Pemkab Banyuwangi mengajukan beberapa revisi dan penambahan pada desain awal tersebut.

“Ini adalah adalah cara untuk menitipkan peradaban dan kebudayaan Banyuwangi di tengah kemajuan ekonomi. Bagi kami, bangunan yang memperhatikan nilai sejarah dan budaya akan bernilai estetika dan arsitektur tinggi. Sehingga dapat mendukung pariwisata daerah karena bisa dijadikan alternatif destinasi wisata maupun edukasi bagi masyarakat. Termasuk bangunan pabrik ini,” terang Anas.

“Dengan mengadopsi kearifan lokal, kami ingin pabrik kereta di Banyuwangi ini tidak seperti bangunan pabrik pada umunya yang terkesan kaku. Namun menjadi sebuah pabrik yang tampilannya humble dan artistik. Dan tentunya, menarik bagi wisatawan untuk datang," kata Anas. 

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pekerjaan umum Cipta Karya dan Penataan ruang (PU-CKPR) Banyuwangi, Mujiono menjelaskan, bangunan ini akan menggabungkan unsur air, udara, dan sinar matahari.

Bangunan akan menggunakan atap transparan dan banyak menggunakan kisi-kisi.

“Selain membantu sirkulasi udara, kisi-kisi juga akan mempercantik wajah bangunan. Jika dilihat dari depan, kisi-kisi ini akan tampak seperti rel kereta api sehingga kesan pabrik keretanya terasa lebih kental,” terang Mujiono.

Adopsi kearifan lokal akan diwujudkan dalam bangunan atap yang dibuat seragam berbentuk limas yang menyerupai rumah adat Osing.

Atap bentuk ini akan diterapkan di seluruh bangunan utama hingga penunjang. Mulai dari bangunan utama pabrik dan kantor, masjid, hingga foodcourt.

“Kalau dilihat dari atas, deretan bangunan ini akan terlihat seperti rumah-rumah Osing yang berjajar ” ujarnya.

Pabrik ini nantinya juga akan dilengkapi dengan museum kereta api.

Museum ini memamerkan proses pembuatan kereta api secara lengkap dari hulu ke hilir, mulai dari proses pembuatan hingga finishing lewat miniatur maupun foto-foto.

“Ini usulan Bupati Anas supaya selain sebagai tempat produksi dan wisata, pabrik ini juga bisa menjadi pusat edukasi warga tentang industri perkeretaapian,” tambah Mujiono. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved