WIKI BALI
TRIBUN WIKI - Mengenal 5 Museum Seni Lukis yang Ada di Bali, dari Sanur hingga Ubud
Bali sebagai pulau yang terkenal dengan pariwisatanya, tentu mempunyai banyak tempat wisata menarik.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali sebagai pulau yang terkenal dengan pariwisatanya, tentu mempunyai banyak tempat wisata menarik.
Salah satu tempat yang bisa dikunjungi yakni museum.
Berbeda dengan wisata pada umumnya, berkunjung ke museum biasanya memiliki esensi tersendiri.
Wisatawan yang berkunjung ke sana biasanya ingin menambah wawasan dan pengetahuan tentang museum yang sedang dikunjunginya.
Di Bali ada berbagai jenis museum, di sini Tribun Bali menyajikan lima museum seni lukis.
Di mana saja itu?
1. Museum Seni Agung Rai di Ubud
Museum Seni Agung Rai didirikan oleh seorang pecinta seni dan budaya Bali, Agung Rai.
Museum ini merupakan salah satu museum seni rupa di Bali yang menyimpan berbagai koleksi lukisan yang berasal dari pelukis-pelukis ternama, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Museum Agung Rai diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada 9 Juni 1996.
Selain lukisan, pengunjung museum juga bisa belajar tentang gamelan, seni pahatan kayu, tarian, sejarah Bali, batik Bali, dan makanan khas Bali.
Museum Agung Rai berdiri di atas lahan seluas lima hektare, museum yang satu ini memajang karya-karya pelukis ternama dan pelukis muda.
Museumnya nyaman, dilengkapi dengan perpustakaan, ruang baca, toko buku, resort, restoran, kafe, dan lahan parkir yang luas.
Ada baiknya berkunjung ke museum sore hari setelah mengeksplor koleksi, kamu bisa makan malam di kafenya dan nonton pertunjukkan tari tradisional yang dipentaskan dalam kompleks museum.
2. Museum Le Mayeur di Sanur

Berlokasi di pesisir Sanur, Museum Le Mayeur adalah museum yang memamerkan karya-karya pelukis Belgia Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres.
Pelukis kelahiran tahun 1880 tersebut mampir ke Bali pada 1932.
Awalnya, Le Mayuer hanya berniat tinggal delapan bulan di Bali, tetapi akhirnya ia menetap sampai 26 tahun.
Saking terinspirasinya oleh Bali, Le Mayeur akhirnya menikahi penari legong asal Banjar Kelandis Denpasar, Ni Pollok.
Kemudian, dia membeli sebidang tanah seluas 3.200 meter yang akhirnya menjadi lokasi Museum Le Mayeur sekarang.
Saat ini museum tersebut dikelola oleh pemerintah setempat.
Ada sekitar 88 lukisan Le Mayeur dipajang di museum tersebut, sebagian besar menjadikan Ni Pollok sebagai modelnya.
Kondisi rumah Le Mayeur tidak banyak berubah, ruang-ruangnya masih sama seperti waktu ia hidup di sana dan memamerkan karyanya.
3. Museum Puri Lukisan di Ubud

Ubud merupakan kecamatan dengan museum terbanyak di Kabupaten Gianyar, Bali.
Nah, museum pertama di Bali juga terletak di kawasan ini, namanya Museum Puri Lukisan.
Museum ini memajang koleksi lukisan Bali dari tiga era, mulai dari masa kerajaan sampai masa kemerdekaan Indonesia.
Di sini juga bisa belajar tentang berbagai aliran seni lukis yang berkembang di Bali, sebab museum ini juga mengoleksi contoh dari setiap aliran.
Baca: Ingin Berkunjung ke Museum Lukisan Sidik Jari? Ini Informasi Jam Bukanya
Baca: Mengenal Seni & Budaya Pulau Dewata dengan Berkunjung ke 3 Museum Ini
Baca: 25 Lukisan Dipamerkan di Griya Santrian, Kritisi Alam sampai Kecemasan pada Bali yang akan Datang
Kalau tertarik mengeksplor lukisan-lukisan dari angkatan tua seniman Ubud atau Pita Maha, yang dibentuk pada 1936, Museum Puri Lukisan tempat yang pas.
Buat yang doyan mengisi liburan dengan kursus singkat, Museum Puri Lukisan juga menawarkan banyak workshop menarik, antara lain kursus gamelan, melukis tradisional, suling, melukis klasik, melukis topeng, membuat batik, membuat wayang, ukir kayu, membuat besek, tari bali, dan kursus membuat sajen.
4. The Blanco Renaissance Museum di Ubud

Dali dari Bali, begitu biasanya julukan Blanco.
Karya pelukis nyentrik ini bisa kamu nikmati di The Blanco Renaissance Museum, Ubud.
Dari sekitar 300 lukisannya, tema yang mendominasi adalah perempuan.
Di museum tersebut, lukisan-lukisan seniman kelahiran Manila tersebut dibingkai dengan frame-frame atraktif yang juga hasil kreasi Blanco.
Selain itu, yang juga spesial dari karya Blanco, yaitu jika dilihat dari dekat tampak seperti sapuan kuas yang acak.
Tapi dari jarak tertentu wujud dalam lukisan tampak begitu nyata.
Di museum tiga lantai tersebut, kamu juga masih bisa mengintip studio lukis milik Blanco lengkap dengan kanvas dan kuas yang berserakan.
5. Museum Neka di Ubud

Museum ini berdiri pada 1976 atas inisiatif Suteja Neka, seorang kolektor seni bali.
Terletak di perkampungan seniman di Ubud, museum ini adalah tempat yang lumayan oke untuk belajar tentang perkembangan seni lukis Bali.
Koleksi seni di museum ini bisa dibilang bagus dan beragam.
Di Museum Neka, pengunjung juga bisa menemukan karya seni lukis yang mengadaptasi ide-ide dari Walter Spies dan Rudolf Bonnet.
Ia adalah seniman yang membawa pengaruh baru di Ubud pada era 1920-an. (*)