Bocah Ini Akhirnya Terkulai Tak Berdaya Setelah Dipatuk Ular Sendok
Peristiwa meninggalnya seorang anak Ismi Nursaubah (10) warga Samplangan, Kabupaten Gianyar, begitu mengejutkan.
Penulis: Rizki Laelani | Editor: Rizki Laelani
Ismi Nursaubah Akhirnya Terkulai Tak Berdaya Setelah Bertahan 5 Jam Seusai Dipatuk Ular Sendok. Lebih mengejutkan adalah, bagaimana korban mampu bertahan dari gigitan mematikan ular kobra hingga sedemikian lamanya, sekitar 5 jam setelah racun masuk ke tubuhnya.
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Peristiwa meninggalnya seorang anak Ismi Nursaubah (10) warga Samplangan, Kabupaten Gianyar, begitu mengejutkan.
Kabar meninggalnya bocah cerdas dan periang siswi SDN 7 Gianyar ini, akibat gigitan ular sendok (kobra) menyebar begitu cepat di wilayah Samplangan, Kabupaten Gianyar.
Lebih mengejutkan adalah, bagaimana korban mampu bertahan dari gigitan mematikan ular kobra hingga sedemikian lamanya, sekitar 5 jam setelah racun masuk ke tubuhnya.
Korban awalnya bagun sekitar pukul 03.00 WITA pada Rabu (27/2/2019), akibat gigitan ular.
Namun saat itu, korban dan keluarga tak menghiraukannya.
Korban pun sempat bermain dengan anak sebayanya, mengeluhkan tak enak badan hingga jatuh pingsan.
Diduga saat itu, racun yang ada dalam tubuh benar-benar membunuh korbannya.
Bahkan korban sempat bermain bersama anak-anak lainnya, hingga akhirnya terkulai lemah, ketika racun sudah masuk ke dalam darah dan melumpuhkan jaringan tubuhnya.
Baca: Gigitan Ular Kecil Ini Sangat Mematikan, Bocah Cerdas dan Periang di Samplangan Jadi Korbannya
Baca: Baju di Malam Perkosaan Dicuci Bidan Desa, Hingga Tak Ada Sprema, Polisi Curigai Hal Ini
Baca: Bawaslu Singgung Soal Keamanan Saksi Saat investigasi Kasus Dugaan Pelanggaran Gubernur Bali
Sebelumnya, Kabar meninggalnya bocah cerdas dan periang siswi SDN 7 Gianyar, Ismi Nursaubah akibat gigitan ular menyebar di wilayah Samplangan, Kabupaten Gianyar.
Siswi 10 tahun ini meninggal diduga akibat dari gigitan ular berukuran kecil yang masuk dalam kamar tidurnya. Seorang warga yang sempat melihat ular kecil itu menyebut, ular berwarna hitam itu disebut ular sendok atau kobra.
Warga sekitar pun sempat khawatir, dan mencari ular tersebut.
Seorang warga yang sempat melihat ular kecil itu menyebut, ular berwarna hitam itu disebut ular sendok atau kobra.
Ular itu berukuran kecil dan tidak terlalu panjang, serta berwarna hitam.
"ini memiliki ciri-ciri fisik, tubuhnya sebesar jari telunjuk, panjang sekitar 50 centimeter (cm) dan berwarna hitam," kata Suparman.
Korban adalah anak pertama dari pemilik rumah makam Taliwang, Kelurahan Sampolangan, Gianyar.
Saat Tribun-Bali.com mendatangi tempat tinggal korban, situasinya sepi.
Tempat tidur korban berada di samping dapur yang penuh arang, toilet yang kondisinya becek, serta terdapat semak belukar di belakangnya.
Di sana hanya ada paman korban, Ibrahim (25). Menurut Ibrahim, korban telah dipulangkan ke kampung halaman ayahnya di Jembrana, untuk dimakamkan sekitar pukul 09.00 Wita.
Dengan sorot mata berkaca-kaca, kasus gigitan ular yang menghilangkan nyawa keponakannya tersebut, terjadi Rabu (27/2) sekitar pukul 03.00 Wita.
Saat itu, korban dan orangtuanya serta adiknya tengah tidur di kamarnya, yang berada di pojok belakang warung.
Ular beracun tersebut diduga datang dari semak-semak yang berada di belakang kamar korban.
“Pagi sekitar jam 3, keponakan saya bangun karena digigit ular. Dia tidak nangis sama sekali. Bangun pagi-pagi, bahkan sempat bermain dengan anak saya,” ujar Ibrahim.
Mengetahui di kawasan sana terdapat ular, Ibrahim pun mencari keberadaannya.
“Setelah ditangkap, saya tanya ke ibu keponakan saya, ular ini mau diapakan. Katanya, jangan dibunuh, biarin saja hidup. lalu saya masukkan ke dalam botol, lalu dibuang ke Tukad Pakerisan,” ujarnya.
Ibrahim dan keluarga awalnya menyangka itu hanya gigitan ular biasa.
Namun setelah itu, kondisi keponakannya mengatakan tidak enak badan.
Setelah itu, merekapun membawa kobran ke rumah sakit swasta terdekat.
Ibrahim mengaku menyesal membawa keponakannya ke rumah sakit tersebut, lantaran kurang sigap dalam memberikan pertolongan.
“Saat di rumah sakit, tidak langsung ditangani. Padahal keponakan saya sudah bilang sakit. Baru, setelah keponakan saya sesak nafas, baru dokternya sibuk, akhirnya keponakan saya meninggal,” sesa Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, dirinya sangat kehilangan sosok keponakan yang ceria dan cerdas.
“Keponakan saya ini cerdas, dia paling cerdas di antara keluarga. Dia juga aktif, segala jenis ekstrakulikuler di sekiolah dia ikuti, termasuk panjat tebing,” ujarnya, lalu menitikkan air mata. (*)