Serba Serbi

Purnama Kadasa Merupakan Inti dari Purnama, Lakukan Ini

Rabu (20/3/2019) merupakan Purnama Kadasa atau Purnama yang jatuh pada bulan kesepuluh dalam sistem kalender Bali.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Putu Supartika
Ilustrasi Lontar. Jatah umur dan peruntungan bagi yang lahir Kamis Pon Uye. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Rabu (20/3/2019) merupakan Purnama Kadasa atau Purnama yang jatuh pada bulan kesepuluh dalam sistem kalender Bali.

Hari Raya Purnama ini diperingati sebulan sekali yaitu saat bulan penuh atau sukla paksa.

Pada saat Purnama Kedasa ini banyak dilaksanakan odalan di pura yang ada di Bali.

Baca: Otonan Bertepatan dengan Purnama Disebut Istimewa, Ini Upakara Yang Bisa Dilakukan

Dan saat Purnama Kedasa pula dilaksanakan upacara Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih.

Dalam lontar Sundarigama dikatakan bahwa pada Purnama Sasih Waisaka atau Sasih Kadasa merupakan penghormatan pada Sang Hyang Sunya Amerta atau manifestasi Tuhan dalam sifat menghidupkan yang bersemayam di kahyangan.

Purnama Kadasa ini juga disebut inti dari purnama-purnama yang lain.

Sehingga umat melakukan pemujaan di sanggah kemulan, sad kahyangan, tri kahyangan desa maupun dang kahyangan.

Upakara yang dipersembahkan yakni suci 1, daksina 1 , ajuman, dandanan aprangkat 1, ikannya serba suci, canang wangi-wangi, reresik, serta kelengkapan lainnya.

Sementara yang dihaturkan di bawah yakni segehan agung 1, segehan sasah 6 tanding, dan ikannnya bawang jahe.

Sedangkan yang patut dilaksanakan oleh umat pada umumnya yaitu upakara atau upacara prayascita luwih, panyeneng dan toonan.

Sedangkan untuk purnama secara umum merupakan payogan Sang Hyang Candra.

Terkait purnama ini disebutkan dalam Lontar Sundarigama:

Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.

Artinya:

Ada lagi hari penyucian diri bagi Dewa Matahari dan Dewa Bulan yang juga disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu saat tilem dan purnama.

Saat purnama adalah payogan Sang Hyang Wulan (Candra), sedangkan saat tilem Sang Hyang Surya yang beryoga.

Purnama juga merupakan hari penyucian diri lahir batin.

Oleh karena itu semua orang wajib melakukan penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang wangi-wangi, canang yasa kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di Sanggah dan Parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci.

Lebih lanjut dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring sanggat parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi.

Selain itu Purnama juga merupakan hari baik untuk melakukan dana punia.

Mengenai sedekah, disebutkan dalam Sarasamuscaya, 170 berbunyi:

Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam,

wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.

Nihan tang dana ling sang Pandita, ikang si haywa kimburu,

Ikang si jenek ri kagawayaning dharmasadhana,

apan yan langgeng ika, nitya katemwaning hayu,

pada lawan phalaning tyagadana.

Artinya:

Yang disebut dana (sedekah) kata sang pandita, ialah sifat tidak dengki (iri hati), dan yang tahan berbuat kebajikan (dharma) sebab jika terus menerus begitu, senantiasa keselamatan akan diperolehnya, sama pahalanya dengan amal yang berlimpah-limpah.

Dalam petikan Bhagawad Gita, XVII. 25 juga disebutkan:

Tat ity anabhisanshaya

Phalam yajna-tapah-kriyah,

Dana-kriyas ca vividhah

Kriyante moksa-kansibhih

Yang artinya: dengan ucapak “Tat” dan tanpa mengharap-harap pahalan atas penyelenggaraan ucapan yajna, tapabrata dan juga dana punia yang berbagai macam jenisnya, dilaksanakan oleh mereka yang mengharapkan moksa. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved