Lawan Balik dan Habisi 3 Pemerkosa Putrinya, Wanita Ini Dijuluki 'Lion Mama'
Ia memilih melawan tiga pria yang hendak memperkosa putri kesayangannya hingga berhasil melumpuhkannya dan dijuluki 'Lion Mama'.
Ruangan pertama adalah kamar tidurnya dan ruangan lainnya adalah dapur. Dari tempat itu perempuan tersebut mengambil sebilah pisau.
"Saya mengambilnya karena perjalanan dari sini ke tempat lokasi kejadian tidak aman. Saat itu gelap dan saya harus menggunakan senter pada ponsel saya untuk menerangi jalan," kata dia.
Nokubonga bisa mendengar jeritan putrinya ketika dia mendekati rumah tersebut. Saat memasuki kamar tidur, pancaran sinar dari ponselnya membuat dia dapat menyaksikan pemandangan mengerikan, putrinya tengah diperkosa.
"Saya takut...Saya duduk di lantai dan bertanya apa yang mereka lakukan. Tatkala mereka melihat saya, mereka datang menyerang saya. Di situlah saya berpikir saya perlu membela diri, reaksi otomatis," tutur Nokubonga.
Nokubonga menolak merinci apa yang terjadi selanjutnya.
Hakim di pengadilan dalam kasus tersebut mengatakan kesaksian Nokubonga menunjukkan perempuan tersebut "menjadi sangat emosional" begitu melihat salah satu pria memperkosa putrinya.
Sementara dua pria lainnya berdiri dalam keadaan celana melorot hingga ke pergelangan kaki dan siap memperkosa sang putri.
Hakim Mbulelo Jolwana menambahkan, "Saya bisa memahami bahwa dia diliputi amarah."
Namun, saat menceritakan kembali kejadian saat itu, Nokubonga mengaku dirinya takut, atas keselamatan dirinya dan putrinya. Wajahnya hanya menunjukkan kesedihan dan rasa sakit.
Menjadi jelas dalam persidangan manakala pria-pria itu menyerang Nokubonga, dia melawan balik menggunakan pisaunya.
Dia menikam mereka selagi mereka kabur, bahkan salah satunya melompat keluar jendela. Dua di antara mereka luka parah, satu lainnya tewas.
Nokubonga tidak berlama-lama untuk mencari tahu seberapa parah mereka terluka. Dia langsung membawa putrinya ke rumah seorang teman di dekat situ. Ketika polisi datang, Nokubonga ditahan dan dibawa ke kantor polisi . Dia ditempatkan di sel tahanan.
"Saya memikirkan anak saya. Saya tidak punya informasi (tentangnya). Pengalaman waktu itu membuat trauma." Pada saat bersamaan, Siphokazi dirawat di rumah sakit sembari mengkhawatirkan ibunya, membayangkan ibunya mendekam di sel tahanan, dan terbayang kemungkinan dia dipenjara seumur hidup.
"Saya berharap jika dia dipenjara seumur hidup di penjara, saya yang akan menggantikannya," kata Siphokazi.
Dalam keadaan masih terguncang, Siphokazi tidak mengingat penyerangan tersebut. Yang Siphokazi ketahui saat ini adalah cerita yang dikisahkan ibunya saat dia datang berkunjung ke rumah sakit dua hari setelah dibebaskan dengan jaminan.