Serba Serbi
Menguak Batur Saat Ngusaba Kadasa 1941 Pura Ulun Danu Batur
Diskusi bertajuk "Batur, Air, Tradisi Lampau dan Kini" digelar Tim Batur Kata Penyambung Peradaban di Pura Ulun Danu Batur
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
"Sejatinya tradisi adalah pemikiran postmodern, yang perlu kita amati dan timbang dengan bijak. Perlu kejernihan dan usaha bergerak bersama membangun diri. Tradisi hendaknya terhubung pada sektor ekonomi, yang nantinya dapat menopang kehidupan. Sebab, selama ini, tradisi seringkali sekan menjauh dengan ekonomi, yang dinilai memberatkan," katanya.
Menanggapi Batur di masa kini, akademisi Universitas Udayana, Putu Eka Gunayasa, mengajak peserta yang hadir untuk kembali pada esensi keberadaan Batur yang bukan hanya terbentang secara geografis.
Merujuk sejumlah teks dan data prasasti, pemuda asal Selat Tengah, Susut, menyatakan bahwa Batur (dan kawasan Kintamani) mengingatkan kawasan ini sebagi kawasan pariwisata purba yang lekat dengan ilmu pengetahuan.
"Sebagai kawasan yang dikembangkan sebagai objek pariwisata, sudahkah Batur dilambangkan sebagai pariwisata ketenangan, bukan pariwisata kesenangan? Ini mengingat kawasan Batur memang penting di Bali. Bukan hanya sebagai wilayah geografis, tapi juga wilayah pengetahuan," ucapnya. (*)