Soekarno dan Pertemuan Bersama Pramugari Cantik karena Lukisan, Nikah Siri Jadi yang Kelima
Pantang bagi mereka putri kesayangannya menjadi istri kelima, meski pria tersebut seorang presiden.
Soekarno dan Pertemuan Bersama Pramugari Cantik karena Lukisan, Nikah Siri Jadi yang Kelima
TRIBUN-BALI.COM - Membicarakan sosok presiden RI pertama, Soekarno memang tak ada habisnya.
Satu hal menarik yang dibicarakan tentang sosok Soekarno (Bung Karno) adalah kisah cintanya.
Soekarno rupanya pernah jatuh cinta dengan seorang pramugari cantik karena sebuah lukisan, lho.
Kisah ini pernah ditulis dalam Majalah Intisari Edisi Agustus 2017 yang berjudul Bung Karno: Untold Love Story.
Dilansir dari Intisari (grup Tribun-Bali.com), pada suatu hari di tahun 1959, pelukis Basuki Abdullah mengadakan pameran lukisan.
Soekarno yang punya darah seni tinggi tentu tak mau melewatkannya.
Tiba di depan satu lukisan yang dipamerkan, Soekarno terpana.
Dia terkagum-kagum atas kecantikan wanita yang ada di lukisan tersebut.
Soekarno mengaku langsung jatuh cinta.
Dia lalu bertanya kepada Basuki, siapakan sosok wanita di lukisan tersebut.
Basuki pun menjawab bahwa model yang dilukisnya adalah seorang pramugari Garuda Indonesia.
Bung Karno lantas meminta nama dan alamatnya.
Baca: Soeharto dan Pesawat Kepresidenan Seharga 16 Juta Dollar AS hingga Kado Patung Batara Guru
Baca: Perjalanan Kopassus ke Pedalaman X, Cari Suku Primitif Diduga Kanibal dan Peringatan Sarwo Edhie
Baca: Masih Bebas Meneror, Egianus Kogoya Siapkan 6 Batalyon Akan Boikot Pemilu 2019, Ini Reaksi Wiranto
Baca: Link Live Streaming Ceres Negros vs Persija Jakarta, Kick-off 19.30 WITA di MNC TV
Wanita cantik tersebut bernama Kartini Manoppo, putri keluarga bangsawan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Sebagai presiden, mudah saja bagi Soekarno untuk mengatur pertemuan dengan seorang pramugari.
Pada suatu hari, cerita Kartini di buku Bung Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku, & Kebanggaanku, dirinya diminta untuk ikut penerbangan ke Surabaya.
Beberapa jam sebelum take off, seorang pejabat tinggi bertanya, “Siapa yang bernama Kartini Manoppo?” Kemudian Kartini diajak menghadap Bung Karno.

Kartini gemetar dan gugup.
Kartini semakin terkejut ketika mendengar kalimat yang diucapkan Bung Karno saat berhadap-hadapan dengannya.
“Kamu Kartini Manoppo? Wah aslinya lebih cantik dari lukisannya.”
Sejak itu, setiap si Bung Besar melakukan kunjungan ke luar negeri, Kartini selalu diikutsertakan sebagai pramugari.
Pada 1959, Indonesia akan mengirim utusan ke Pasific Festival di San Francisco, AS. Soekarno meminta Sekneg mengirim Kartini sebagai wakil Indonesia.
Tentu saja pihak Sekretaris Negara (Sekneg) kelimpungan.
Sebab saat itu Kartini sudah keluar dari Garuda.
“Apa tidak boleh diganti orang lain?” tanya Sekneg.
“Harus Kartini Manoppo yang berangkat,” tegas Soekarno.
Sebelum berangkat ke AS, Kartini diminta datang ke Istana.
Di sana dia bertemu dengan Bung Karno yang habis mencukur rambut dan mengenakan piyama biru.
Bung Karno memberi petunjuk apa saja yang mesti dilakukannya selama mengikuti festival.
Pria karismatis ini juga berkata, “Di tangan kamu itu adalah Indonesia, kamu harus jadi wakil yang baik.”
Kartini pun mengangguk.
Kemudian Bung Karno mengajaknya berbincang ke ruang tamu.
Di ruangan tersebut tiba-tiba Bung Karno mengutarakan perasaan cintanya.
Saking kagetnya, Kartini sampai gemetar.
“Saya minta waktu, Pak,” jawab wanita kelahiran 1939 ini.
“Tidak,” kata si Bung Besar, “Sekarang juga saya minta kepastian darimu, ya atau tidak.”
Kartini bingung luar biasa.
Ya atau tidak, ya atau tidak.
Akhirnya Kartini menjawab, iya.
Namun ia minta satu syarat, yakni semua diperjelas menanti kepulangannya dari AS.
Sepulang dari AS, Kartini akhirnya menikah dengan Bung Karno.
Keduanya tidak menikah secara resmi, hanya menikah siri.
Sebab keluarga Kartini yang sangat terpandang awalnya tidak menyetujui.
Pantang bagi mereka putri kesayangannya menjadi istri kelima, meski pria tersebut seorang presiden.
“Itulah kenapa saya tidak menikah secara resmi dengan Bung Karno,” ujar Kartini seperti dikutip dari buku Bung Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku, & Kebanggaanku.
Dari Kartini, Bung Karno mendapat seorang putra yang dinamainya Totok Suryawan Sukarnoputra. Anak tersebut lahir pada 17 Agustus 1967 di Nurenberg, Jerman.
Saat Kartika hamil, Bung Karno memang menyuruh istrinya tersebut melahirkan di Jerman.
Sebab saat itu kondisi politik tidak kondusif, dan Bung Karno berada di akhir era kekuasaannya.
Sebenarnya Bung Karno melarang Kartini pulang ke Indonesia sampai dia memberikan lampu hijau.
Namun karena rindunya terhadap Indonesia dan Bung Karno tak tertahankan, setelah anaknya lahir, Kartika nekat pulang ke Indonesia. (Artikel Intisari)
Artikel ini ditulis Ani Susanti telah tayang di Tribunjatim.com