Desain Bara Silver Dilirik Wisman hingga Artis dan Pejabat
Putu Adnyani, perempuan Bali yang hingga kini terus gigih menjalankan Bara Silver, usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang perhiasan perak
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Putu Adnyani, perempuan Bali yang hingga kini terus gigih menjalankan Bara Silver, usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang perhiasan perak yang dirintisnya.
Menyadari persaingan bisnis yang kian ketat, ia pun konsisten untuk membuat desain yang unik dan berbeda.
Pernah suatu kali produknya dibeli oleh istri Presiden Jokowi, Ibu Iriana Jokowi.
“Setelah dibeli oleh ibu Iriana Jokowi, produk Bara Silver dibawa ke istana oleh ibu istri dari Menteri Puspayoga,” katanya kepada Tribun Bali, Kamis (11/4/2019).
Perempuan yang kerap disapa Bara ini mengaku tak mudah menjadi tenar seperti sekarang ini.
Dahulu saat merintis usaha, ia kesulitan memasarkan produk perhiasan peraknya.
Di samping memang karena tak banyak orang paham tentang seni aksesori.
Selama ini hampir 99% Bara mendesain sendiri aksesori buatannya dengan mengedepankan tema tradisional klasik.
Aneka kreasi aksesori berbahan perak, dipadukan alpaka, tembaga, kuningan, stainless, dan logam lainnya, lahir dari imajinasinya.
Karya unik Barapun berhasil menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, kalangan artis bahkan para petinggi negara.
“Ya salah-satunya Ibu Iriana Jokowi waktu itu yang membeli kalung perak dengan kombinasi kulit domba,” katanya.
Baca: Senjata Baru Bali United! Coach Teco Coba Trio Lokal Pemain Cepat
Baca: Punya Umpan Bagus, Teco Pertimbangakn Posisi Paulo Sergio
Pebisnis asal Celuk ini akhirnya kian matang dan mantap mengembangkan desain peraknya menjadi model yang anti mainstream sehingga memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas produknya.
Misalkan saja model perak set Taru Pramana Piduh, yang memakan waktu hingga 5 bulan untuk menggarapnya.
Konsep Taru Pramana Piduh, kata dia, mencerminkan sosok sederhana yang tumbuh merambat.
Walau tidak ditanam dengan sengaja, atau dirawat dengan cermat, tanaman ini tetap bisa tumbuh.
Selain taru premana piduh berbentuk daun piduh, desain aksesori lainnya yang kini tren yaitu cilinaya berbentuk sampian cili.
Ada pula diambil dari filosofi peralatan penjor dan filosofi lainnya.

Hingga saat ini, produk yang paling disukai market adalah kalung, subeng, dan set bros.
Produknya kini dipasarkan ke berbagai daerah dengan wilayah sebaran masih didominasi Jakarta dan Bali.
Walaupun masih didominasi pembeli lokal, namun Putu Adnyani tidak pernah membeda-bedakan konsumen.
“Semua konsumen, tanpa memandang status sosial, akan dilayani dengan sepenuh hati. Desainnya unik, glamour, dan bisa menjangkau semua kalangan,” katanya.
Istri I Ketut Sumadi ini merintis usahanya sejak 15 tahun lalu.
Ia memulainya bahkan tanpa berbekal pendidikan desain.
Baca: KPU Badung Mulai Distribusikan Logistik 7.055 Kotak Surat Suara
Baca: Ashanty Peluk Aurel yang Terbaring Lemah di Rumah Sakit, Namun Justru Bikin Nangis Adiknya
“Awal bisnis hanya membuat satu produk, namun desain spesial dan ketika desain itu laku, baru berani membuat baru dan dijual kembali,” kata ibu tiga anak ini.
Lanjutnya, karena saat itu sembari bekerja, ia tidak bisa fokus memulai bisnis peraknya.
Bahkan saat itu pernah dikhianati karyawannya.
Pengalaman berat inilah yang membuatnya berhenti bekerja dan fokus pada satu usaha yaitu bisnis aksesori.
Wanita kelahiran Desa Kayuputih Banjar Menagung, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng ini pun membangun usahanya setapak demi setapak hingga menjadi besar seperti sekarang ini.

Pengalaman Luar Biasa Saat Dibina BI
Pemberian nama Bara Silver tentu bukan tanpa arti.
Nama itu berasal dari Bara Dewa Kinandana, nama putra bungsu Putu Adnyani.
“Bara merupakan nama yang membawa hoki karena saat kelahiran putra ketiga tersebut saat selesainya galeri perak. Bara memberikan semangat dalam kehidupan. Nama Bara juga mudah diingat, penuh semangat yang membara dan luar biasa,” tegasnya.
Baca: 7 Khasiat Kelapa Wulung atau Nyuh Mulung, Netralisir Racun Hingga Bersihkan Ginjal
Baca: Made Serli di Mata Keluarga: Sosok Ramah dan Pintar, Setiap Pulang Pasti Mengunjungi Kami
Dalam membesarkan usahanya, Adnyani memandang bahwa persaingan bisnis adalah hal yang wajar.
Bahkan baginya pesaing adalah partner untuk menambah semangat.
“Adanya saingan malah bagus karena tanpa ada pesaing sebuah bisnis bisa mati. Terutama di bisnis aksesori, harus ada perkembangan. Tidak bisa inovasi satu desain saja sehingga perlu adanya pengembangan produk dan berkarya terus,” jelasnya.
Kini bisnis perak telah menjadi bagian hidupnya dan memberikan kesenangan tersendiri.
Pesaing pun, kata dia, membuat dirinya kian semangat berinovasi dan memunculkan kreativitas baru bukan hanya sekadar mengejar uang.
“Untuk mendesain, saya bermain hati bukan sekadar orientasi uang. Ide muncul setiap saat karena bermain ilusi dengan pikiran. Apapun yang ditemui, dilihat bisa menjadi ide. Tidak harus bertapa untuk mengeluarkan desain,” ujarnya.
Ia tidak memungkiri kesuksesan usahanya juga berkat dukungan Bank Indonesia (BI) Bali.
Menurutnya, pengalaman menjadi binaan BI, sangatlah luar biasa karena ia mendapatkan didikan dalam hal desain, pemasaran, manajemen keuangan, etika, sopan santun terhadap konsumen dan terpenting diajari menghargai siapapun.
”The Power of Smile,” paparnya. (*)