Tradisi Unik di Banjar Adat Suter Bangli, Laki-laki Wajib Tindik Kedua Telinganya

Tradisi tindik kuping bagi laki-laki, terus dilestarikan secara turun-temurun serta memiliki hubungan dengan satu tempat persembahyangan di pura desa

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Fredey Mercury
Salah satu anak laki-laki di wilayah Suter, Kintamani, Bangli yang ditindik pada dua telinganya. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Wilayah Kecamatan Kintamani, Bangli memang terkenal dengan beragam tradisi uniknya.

Seperti di wilayah Banjar Adat Suter, Desa Suter, tindik kuping yang lazimnya dilakukan oleh perempuan, ternyata juga dilakoni bagi laki-laki sejak usia dini.

Tradisi tindik kuping bagi laki-laki, terus dilestarikan secara turun-temurun serta memiliki hubungan dengan satu tempat persembahyangan di pura desa setempat.

Masyarakat sekitar percaya, jika terdapat pria maupun wanita yang telinganya tidak berlubang maka tidak diperkenankan masuk melalui pintu sebelah barat Pura Tulukbiyu.

Perbekel Desa Suter, I Wayan Nyepeg mengatakan bentuk pintu masuk di Pura Tulukbiyu berbeda dengan bentuk pintu masuk pada kebanyakan Pura yang berbentuk candi.

Perbekel Desa Suter, I Wayan Nyepeg
Perbekel Desa Suter, I Wayan Nyepeg (Tribun Bali/Fredey Mercury)

Di Pura Tulukbiyu, lanjutnya, pintu masuk yang menghadap arah selatan pada posisi paling barat ini meski berbentuk candi, namun memiliki atap.

Oleh masyarakat sekitar, pintu masuk ini disebut cangapit.

“Bagi warga yang tidak bertusuk kuping, tidak boleh masuk maupun keluar lewat kesana. Namun, mereka boleh masuk maupun keluar melalui pintu candi biasa yang ada di sebelah timur,” ujar Nyepeg.

Tradisi ini tindik kuping ini diakui Nyepeg masih tetap dijalankan oleh warga setempat.

Ia pun tidak memungkiri ada masyarakat yang tidak melakukan tradisi ini, namun jumlahnya tergolong sedikit. Pun demikian, masyarakat yang tidak menindik kupingnya kebanyakan tinggal di luar desa.

Lanjut Nyepeg, tindik kuping bagi warga Banjar Adat Suter, khususnya laki-laki, biasanya dilakukan pada upacara tiga bulanan.

Bagi warga yang tidak melakukan tradisi ini, maka dipercaya akan terkena musibah seperti sakit-sakitan.

“Kalau dulu tindik kuping ini dilakukan dengan cara tradisional, namun sekarang sudah bisa dilakukan di bidan. Tindik ini dilakukan pada telinga kanan dan kiri. Hanya saja, tindik yang dilakukan tidak harus menembus, sebab yang terpenting sempat dilubangi saja,” ungkapnya.

Nyepeg menambahkan, tradisi tindik ini tidak hanya dilakukan bagi warga di Banjar Adat Suter, namun juga warga banjar lain di Desa Suter, serta Desa Abang Batudinding, dan Desa Abang Songan, sebab warga di tiga desa ini seluruhnya nyungsung di Pura Tulukbiyu.

Selain tradisi tindik kuping, keunikan lain di Banjar Adat Suter juga terdapat saat memasuki areal Pura Dalem Pingit, di mana pemedek tidak boleh mengenakan berbagai perhiasan emas dan perak, serta mengenakan barang apapun berbahan kulit utamanya kulit sapi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved