Wiki Bali
TRIBUN WIKI : Sejarah Pangkalan Udara (Lanud) I Gusti Ngurah Rai
Karena fungsi ini terkait erat dengan sistem pertahanan Negara, maka ada institusi khusus yang membidanginya.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Seperti diketahui Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan sangat variatif, tidak saja mencakup wilayah darat, tetapi juga laut dan udara.
Menjaga dan melindungi wilayah yang begitu luas, memang bukan pekerjaan mudah.
Di samping butuh keahlian dan kerja keras, dukungan peralatan operasional serta sumberdaya manusia yang cakap menjadi persyaratan mutlak.
Secara implisit disinggung, bahwa tugas menjaga dan melindungi wilayah perlu ditangani oleh ahlinya.
Karena fungsi ini terkait erat dengan sistem pertahanan Negara, maka ada institusi khusus yang membidanginya.
Institusi ini, selain kompeten, juga bekerja secara professional, sehingga tak ada alasan untuk meragukan eksistensinya.
Institusi tersebut adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sebagai garda terdepan dalam sistem pembelaan Negara, Tentara Nasional Indonesia membagi fokus kerjanya menjadi tiga wilayah besar.
Tentara Nasional Indonesia terdapat Angkatan Udara, Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Untuk menjaga dan melindungi wilayah udara negeri tercinta ini sudah menjadi tugas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara ( TNI AU).
Dalam TNI AU dikenal adanya Komando Operasi TNI Angakatan Udara, dipimpin seorang PANGKOOPSAU. Satuan tugas di atas memiliki wilayah kerja yang cukup luas.
Pangkalan TNI Angkatan Udara I Gusti Ngurah Rai sebagai satuan pelaksana tugas di bawah jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara II Makasar, berlokasi di daerah Tuban, Kabupaten Badung.
Secara umum tugas setiap Pangkalan TNI AU adalah menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasin seluruh satuan dalam jajarannya serta pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajaran, sejak tanggal 9 April 2013 pangkalan TNI AU I Gusti Ngurah Rai menjadi tipe B yang di Komandani seorang Pamen berpangkat Kolonel.
Sejarah singkat berdirinya Lanud I Gusti Ngurah Rai dimulai pada tahun 60-an ketika itu dibentuk Detasemen Penghubung (Detbung) yang beralamat di Jl. Yudistira Tapak Gangsul Denpasar dengan tugas pokok adalah melayani (Ground handling) pesawat-pesawat TNI AU yang singgah di Badung.
Dalam periode ini tugas pokok dari Det Hub Denpasar tetap melayani (Ground Handling) pesawatpesawat TNI AU disamping tugas-tugas lain sebagai penghubung dengan masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan personel-personel yang berkualitas pada periode ini juga Dethub Denpasar mulai mengadakan tes penerimaan siswa untuk dididik menjadi prajurit AU.
Selain itu pembangunan mulai ditingkatkan yaitu pembuatan Hanggar pesawat dan Hanggar Parabolic untuk Helikopter, pembelian tanah di Tuban.
Selanjutnya perkembangan unsur Dethub ditingkatkan menjadi Pangkalan Angkatan Udara (PAU) tepatnya pada tahun 1962.
Ini sesuai dengan peningkatan tugas-tugas TNI AU di wilayah timur Indonesia dan markasnya dipindahkan dari Denpasar ke daerah Tuban berdekatan dengan landasan udara.
Operasi-operasi yang dilaksanakan pada periode tersebut adalah Operasi Penanggulangan Bencana Alam yaitu dibentuknya Komando Operasi Gunung Agung (KOGA) dengan mengerahkan pesawat-pesawat Hercules TNI AU untuk membantu mengangkut bantuan-bantuan sosial untuk masyarakat yang terkena bencana serta Operasi Penanggulangan G 30 S / PKI yang bergejolak pada tahun 1965.
Pada waktu periode itu terjadi dua kali perubahan unsur yaitu sampai tahun 1974 masih tetap sebagai PAU Denpasar dengan tugas pokok melayani (Ground Handling) pesawat-pesawat TNI AU dan tugas-tugas sosial kemasyarakatan lainnya.
Pada kurun waktu itu tepatnya tanggal 24 April 1974 terjadi musibah kecelakaan pesawat PAN America (PAN AM) di desa Grogak Singaraja.
Anggota PAU Denpasar ditambah dari Kodau IV Surabaya dikerahkan untuk ikut menanggulangi kecelakaan tersebut dan hanggar pesawat di Tuban dipakai untuk menampung jenazah para korban.
Team dari PAU Denpasar waktu itu dipimpin oleh Kadisops Lettu I Made Astratenaya dibantu oleh Kaurpam Lettu Agus Kahardi serta DanSatprov Lettu Adron Suhendar.
Pada periode ini juga dibangun asrama anggota PAU Denpasar dengan sarana dan prasarananya dan pemindahan kembali Kantor dari Tuban ke jalan Melati Denpasar yaitu tahun 1968 sampai tahun 1969 yang akhirnya kembali lagi ke Hanggar Tuban.
Pada pemilu tahun 1971 ikut mensukseskan dengan mengerahkan anggota PAU untuk ikut mengamankan Pemilu, sementara untuk kegiatan anggota PAU dibangun sarana olahraga yaitu Lapangan Sepak Bola.
Pada Tahun 1974 PAU Denpasar dilikuidasi menjadi Perwakilan Kodau IV Surabaya dengan kedudukan di Tuban Denpasar dengan kegiatan yang menonjol sebagai berikut:
Tahun 1974-1976, pada waktu itu Operasi “SEROJA” Timor-Timur sedang giat-giatnya dilaksanakan sehingga Perwakilan Kodau IV Denpasar ikut menunjang dan mendukung operasi tersebut dengan lebih meningkatkan pelayanan Ground Handling.
Juga mendukung Operasi penerbangan yang dilaksanakan oleh pesawat-pesawat TNI AU yang singgah di Denpasar. Khususnya pesawat-pesawat Fokker F-28 milik Garuda yang dipakai pada operasi tersebut yang harus transit di Denpasar. Juga mendukung Operasi penerbangan yang dilaksanakan oleh pesawatpesawat TNI AU yang singgah di Denpasar.
Kegiatan lainnya adalah penyerahan Hanggar yang dipakai untuk kantor kepala MNA sehingga kantor Perwakilan harus bergeser ke sebelah barat Hanggar dan tahun 1977 dibuat Kantor Perwakilan diluar Hanggar yang selanjutnya kantor tersebut dijadikan Mess Crew karena kurang memenuhi syarat sebagai Kantor.
Selain itu dibangun 1 unit perumahan perwira untuk 2 kepala keluarga, pemasangan 2 saluran telepon otomatis di Kantor Perwakilan dan penambahan komunikasi adminlog saluran antara Perwakilan Denpasar dan Makodau IV Surabaya dengan radio TRXSR.206 SBB.
Dalam pelaksanaan tugas kemasyarakatan maka pada pemilu tahun 1977 anggota perwakilan juga bertugas untuk mengamankan dan mensukseskannya.
Pada tanggal 29 Januari 1980 Perwakilan Kodau IV Denpasar ditingkatkan menjadi Pangkalan Angkatan Udara kelas III (Lanud Kelas III) “NGURAH RAI” berdasarkan skep KASAU Jakarta Nomor : Skep / 06 / III / 1979 tanggal 14 Maret 1979 dan diresmikan oleh Pangkodau IV Surabaya.
Lalu Mabes TNI AU melalui Surat Keputusan KSAU Nomor KEP/708/VII/2018 yang ditandatangani pada 11 Juli 2018, menginstruksikan perubahan delapan Pangakalan TNI Angkatan Udara/Lanud.
Delapan lanud yang berubah nama itu terdiri dari satu Lanud Tipe A, enam Lanud Tipe B, dan satu Lanud Tipe C.
Lanud Ngurah Rai yang masuk Lanud Tipe B lalu berubah nama menjadi Lanud I Gusti Ngurah Rai hingga saat ini.(*)