Bukan Sekadar Takjil Buka Puasa, Ternyata Kolak Punya Filosofi Mendalam yang Jarang Diketahui
Rasanya yang manis dan berisi beraneka macam ini membuat kolak semakin digemari banyak orang. Namun tak banyak yang tahu bahwa kolak memiliki filosofi
Orang Jawa menyebutnya dengan polo kependem atau tumbuh terpedam di dalam tanah.
Para Wali menginginkan agar manusia senantiasa mengingat bahwa hidup hanyalah sementara.
Pada akhirnya hidup kita akan sama seperti ubi tersebut yang terpendam di dalam tanah.
Selain itu, para Wali menganjurkan adanya pertaubatan di setiap sendok kolak yang kita makan.
Pasalnya, kematian mungkin saja akan datang semudah kita menyantapnya.
Baca: Ingin Tetap Berolahraga di Bulan Puasa? Ini Pilihan Olahraga yang Tepat
Baca: 5 Cara Ini Bisa Dicoba untuk Menghilangkan Haus di Bulan Puasa
4. Mengajarkan untuk Tidak berbuat Dosa
Isian lain di dalam kolak selain ubi adalah pisang.
Dari berbagai macam pisang, pisang kepok-lah yang dinilai paling cocok untuk dibuat kolak.
Nama kepok dari pisang kepok ini dalam bahasa Jawa berarti kapok atau menyesal.
Para Wali ingin mengajak manusia agar selalu menyesal atau jera untuk berbuat dosa.
Sehingga setiap kita menikmati menu kolak, kita harus ingat dan berkomitmen untuk tidak mengulang lagi dosa yang telah diperbuat.
Baca: Resep Telur Dadar Sambal Mentah Pas Untuk Menu Buka Puasa Ramadhan 1440 H
5. Mengajarkan untuk Meminta Maaf
Bahan yang tak terlupakan dalam membuat kolak adalah perasan kelapa atau santan.
Santan dalam bahasa jawa disebut santen yang merupakan kependekan dari 'pangapunten atau maaf.
Sekarang sudah tahu kan filosofi atau makna dari sebuah kolak yang hari-hari ini sering kamu santap.
Indah sekali bukan maknanya?
(TribunStyle/Octavia Monalisa)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Bukan Hanya Sekedar Takjil Buka Puasa, Inilah 5 Makna Mendalam Kolak yang Jarang Diketahui
Penulis: Octavia Monalisa