Ramadan 2019

Sejarah Kue Kering Jadi Sajian Khas Lebaran, Pengaruh Budaya Eropa?

Saat ini nastar, kastengel, putri salju, kue kacang, dan aneka varian kue kering lainnya agaknya telah menjadi sajian khas hari raya Idul Fitri

Editor: Irma Budiarti
kolase
Nastar dan Kaastengels. Sejarah Kue Kering Jadi Sajian Khas Lebaran, Pengaruh Budaya Eropa? 

Sejarah Kue Kering Jadi Sajian Khas Lebaran, Pengaruh Budaya Eropa?

TRIBUN-BALI.COM - Sejarah Kue Kering Jadi Sajian Khas Lebaran, Pengaruh Budaya Eropa?

Saat ini nastar, kastengel, putri salju, kue kacang, dan aneka varian kue kering lainnya agaknya telah menjadi sajian khas hari raya Idul Fitri atau lebaran masyarakat Indonesia.

Tak salah jika setiap bulan Ramadan tiba keberadaan berbagai macam kue kering ini sangat mudah ditemui di pasaran.

Namun tahukah Anda, pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia sama sekali tak mengenal kue kering, bahkan menyajikannya saat lebaran tiba.

Nastaple. Kue Lebaran mash-up perpaduan nastar dan apple crumble cake.
Nastaple. Kue Lebaran mash-up perpaduan nastar dan apple crumble cake. (DOK. BLUE BAND via KOMPAS.com)

Menurut Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, tradisi menyajikan kue kering baru muncul saat masa kolonial Belanda.

“Dulu masyarakat Indonesia menyajikan kudapan-kudapan daerah seperti yang kita kenal sekarang saat Lebaran. Seperti opak, seperti apem, rengginang yang sekarang itu sebetulnya masih ada. Namun mereka berada di belakang bayang-bayang kue-kue Eropa ya, seperti kastengel nastar yang sering kita jumpai sekarang yang dianggap lebih modern, lebih trendy,” ujar Fadly ketika dihubungi KompasTravel, Jumat (17/5/2019).

Baca: Mengintip Potret Vila Luna Maya di Kawasan Canggu Bali, Segini Tarifnya per Malam

Baca: Nuzulul Quran 17 Ramadhan, Begini Kondisi Nabi Muhammad Saat Didatangi Jibril Bacalah

Pria yang juga merupakan pengajar program studi Sejarah Universitas Padjajaran ini menambahkan, kue-kue kering yang dikenal masyarakat Indonesia saat ini pertama kali diproduksi di Indonesia oleh orang Belanda.

“Bagaimana prosesnya bisa menjadi hidangan lebaran ini tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya masyarakat Bumi Putera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa. Dan pada masa abad ke-19 hingga 20 pengaruh budaya Eropa dalam hal kuliner itu begitu banyak diserap oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya aneka kue yang secara nama saja itu bukan nama Indonesia begitu,” paparnya.

kue nastar
kue nastar (Ilustrasi)

Sejak saat itulah, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera.

Bahkan, menyajikan kue-kue kering di hari Lebaran juga dapat menunjukkan derajat sosial seseorang.

Saat itu, masyarakat Indonesia menengah ke atas sudah tak mau lagi menyajikan makanan-makanan tradisional yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan lain sebagainya.

Baca: Ternyata Minum 8 Gelas Air Sehari Bukan Patokan, Ini Tanda Tubuh Kita Sedang Kekurangan Cairan

Baca: Aneh, Tak Tau Berenang, Dewa Made Giri Malah Lompat ke Sungai yang Dalam, Tak Berselang Lama Tewas

"Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket, kemudian tidak awet, tapi kalau kue-kue kering disajikan berhari-hari pun, berminggu-minggu pun akan tetap awet untuk disajikan termasuk dalam momen lebaran,” lanjut Fadly.

Nastar dan Kaastengels
Nastar dan Kaastengels (kolase)

Meski demikian, saat ini tak hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menyajikan kue kering saat lebaran.

Harganya yang terjangkau dan alat produksinya yang semakin mudah ditemui membuat sajian ini dapat dinikmati siapa saja.(KOMPAS.com/Sherly Puspita)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Inilah Kue Lebaran Orang Indonesia Sebelum Era Kolonial...

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved