Dinas Pertanian Bangli Akan Bagikan Benih Gratis, Tak Banyak Petani yang Mau Menanam Jagung

Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli bakal memberi benih jagung bagi petani di Subak Tampa Daha

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Fredey Mercury
Kondisi lahan pertanian di wilayah Subak Gede Tampa Daha, Bangli, belum lama ini. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli bakal memberi benih jagung bagi petani di Subak Tampa Daha.

Upaya ini diyakini mampu mengantisipasi lahan tidur atau bero, akibat dampak kekeringan yang menimpa ratusan hektare itu.

Kepala Dinas PKP, I Wayan Sukartana, Minggu (26/5/2019) menyebutkan total luas lahan yang terdampak jebolnya tanggul Munduk Bebengan mencapai 112 hektare.

Jumlah tersebut terdiri dari delapan subak. Ia juga tidak menampik, dampak kekeringan itu mampu mempengaruhi musim tanam berikutnya.

“Sekitar awal bulan Mei, kami dari Dinas PKP bersama dengan tim tekhnis Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Kawasan Pemukiman (PUPRKim), sudah turun langsung menijau kondisi kerusakan saluran irigasi. Kerusakan di sana sangat besar, dan diperkirakan tidak mungkin perbaikannya diambil pada APBD Perubahan,” ujarnya.

Sukartana juga mengaku telah meninjau subak terdampak, serta mengatakan pada para petani sekitar bahwa akan terganggu mengenai pola tanam padi.

Walau demikian, pihaknya telah menawarkan akan membantu dengan tanaman palawija alias jagung.

“Padi boleh berubah karena terkait dengan perairan. Namun bisa diganti dengan jagung. Hal ini sesuai dengan program swasembada pangan upaya khusus padi, jagung, dan kedelai (upsus pajale),” ucapnya.

Upaya yang dilakukan ini, lanjut Sukartana adalah untuk meminimalisir lahan tidur atau bero.

Walau demikian, pihaknya tidak bisa memaksakan para petani untuk menanam jagung, meskipun pihaknya memberi benihnya secara cuma-cuma.

Pun demikian, diakui bahwa tak banyak petani yang mau menerima bantuan itu.

“Hanya beberapa subak yang mau menanam. Karena di subak-subak lain cenderung menanam kacang maupun ketela. Mungkin dari segi perhitungan para petani, kalau jagung butuh pemeliharaan intensif. Dan memang lebih sukar dibandingkan menanam padi, karena itu (jagung) ada di lahan kering,” jelasnya.

Sukartana menilai perubahan pola tanam padi justru memberikan hikmah, utamanya memutus siklus hidup penyakit tanaman.

Sebab normalnya dalam satu tahun penanaman padi hanya dua kali, dan diselingi penanaman palawija. Di sisi lain, penanaman jagung juga bisa meningkatkan target produksi jagung di Bangli sesuai dengan upsus pajale.

Sementara Kasi Produksi Dinas PKP Bangli, I Nengah Pugra menambahkan, jumlah bantuan benih jagung dianggarkan dari APBN dan APBD. Sasarannya masing-masing pada subak yang kekurngan air, seperti Subak Bangkiangsidem, Subak Tampuagan, serta Subak Penida.

Sedangkan pada Subak Tampa Daha, diakui Pugra hanya petani yang telah mengusulkan hanya pada subak Pecala.

“Yang telah kami verifikasi baru subak Pecala saja. Petani di subak lainnya beralasan pengolahan tanah disana agak sulit jika tidak dengan bantuan air,” katanya.

Disebutkan, benih jagung hibrida yang dibantu untuk para petani banyak 15 kilogram per hektare.

Pugra mengatakan, untuk mendapatkan benih tersebut kelompok petani menyampaikan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) pada dinas, untuk selanjutnya diajukan ke dinas pertanian provinsi.

Pugra juga menambahkan dampak pergeseran pola tanam ini juga berpengaruh terhadap produksi padi.

“Tentunya berpengaruh. Karena berkurang luas tanam, berkurang pula luas panen. Secara hitungan kasar penurunan produksi padi yakni 5,6 kwintal dikali 112 hektare luas lahan. 5,6 kwintal itu merupakan hasil normal produksi dalam satu kali masa panen,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved