Mantan Pelaku Bom Bali Satu Buka-bukaan Soal Mudahnya Racik Bom dan Sulitnya Bikin Bumbu Soto

"Kami dapat modal waktu itu dari Kemensos. Satu orang dapat Rp 15 juta. Khusus untuk napiter yang kembali ke NKRI," bebernya.

Editor: Rizki Laelani
Tribun Bali/I Putu Supartika
ilustrasi seporsi soto 

Yayasan Gema Salam dalam presentasinya mengungkapkan ada beberapa sekolah di Jawa Tengah terpapar paham radikal.

Jack Harun membeberkan penyebaran paham radikal paling efektif melalui sekolah dan media sosial.

"Yang paling rawan terpapar paham itu (radikal) adalah anak-anak. Caranya, kami dulu menanamkan rasa benci dengan mengajarkan anak-anak benci polisi. Itu rutin diucapkan sehingga anak-anak paham radikal," paparnya.

Jack mengungkapkan ciri-ciri orang terpapar paham radikal adalah dari cara berkomunikasi.

"Ambil contoh begini, ketika ada lawan bicara kita mengatakan polisi itu thoghut dan sebagainya, itu sudah kena paham radikal. Jangan lihat dari pakaian saja. Contohnya, pelaku bom Thamrin itu pakaian biasa saja mirip warga sipil," jelasnya.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo memastikan pihaknya akan menertibkan sekolah-sekolah yang mengajarkan paham radikal.

"Saya tadi ketemu MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) sebelum ke sini. Saya sampaikan juga kepada para kepala sekolah, sekolah yang mengajarkan paham radikal itu harus ditertibkan," tegasnya.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Ganjar mengajak masyarakat berani melaporkan adanya perubahan paham dari anak ke kepolisian maupun Kesbangpolinmas.

Sedangkan dari pihak sekolah, dia meminta kepala sekolah maupun pemilik yayasan kritis terhadap guru yang berpikiran menyimpang. (*)

 

Artikel ini ditulis Daniel Ari Purnomo telah tayang di Tribunjateng.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved