Tak Pamit Istri, Suharta Tempuh 1.333.333 Langkah Wujudkan Kaul Jalan Kaki Singaraja-Denpasar
Suharta datang dari Singaraja menuju Kantor Gubernur Bali, Denpasar, dengan berjalan kaki sendirian
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Dalam kesempatan itu, Suharta langsung membacakan isi suratnya kepada Gubernur Koster. Isinya, pertama ia meminta Gubernur Koster bersedia menyelamatkan kawasan hutan di Bali menuju syarat idealnya.
"Kalau bisa, semoga juga meningkatkan kawasan hutan dalam masa jabatan bapak, semoga terwujud," harapnya.
Kedua, Suharta dalam suratnya mengaku mendukung gerakan Gubernur Koster untuk tidak menggunakan tas plastik dalam usaha mengubah atau meniadakan kebiasaan itu melalui cara dipaksa-terpaksa-biasa.
Suharta dalam suratnya itu juga memohon kepada Gubernur Koster agar memberikan kewenangan kepada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
• Wanita Sukses Selalu Mendukung Keberhasilan Pasangan, Ini Alasan Kenapa Pria Suka Mengencaninya
• Dulu Terkenal Sebagai Personel Kangen Band, Kini Andika Memilih Tinggal di Lampung & Jualan Beras
"Saya meyakini hal tersebut akan meningkatkan minat krama Bali untuk mencari modal usaha berwiraswasta," tuturnya.
Selain itu, Suharta juga memohon adanya pembangunan di Kabupaten Buleleng. Di antaranya di Taman Bung Karno Singaraja dimintanya untuk diisi tanaman yang ada kaitannya dengan upacara agama Hindu, yang jumlahnya 462 jenis.
Hal itu, menurut dia, sejalan dengan istilah Taman Bung Karno yakni taman bertuah sebagai usaha pendidikan atau pengenalan dan pelestarian Hindu di Bali.
Ia juga mengusulkan agar Gubernur Koster mendirikan monumen Panji Sakti seperti kawasan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, namun bentuk puncaknya saat Panji Sakti 'mesunggi' atau duduk di atas pundaknya Panji Landung sambil menunjuk ke arah utara.
"Hal tersebut saya anggap sebagai lahir atau terbitnya Kabupaten Buleleng. Lokasinya sesuai dengan babad adalah di Yeh Ketupat Kecamatan Sukasada. Dan, kalau ini terlaksana, saya berjanji akan menyumbangkan semen 100 sak," jelasnya.
Menurut Suharta, di daerah Yeh Ketupat terdapat puncak dengan ketinggian 1.220 meter di atas permukaan laut yang keadaannya tidak terawat.
"Saya kira ketinggian tersebut dapat diganti dengan bangunan tugu atau yang lain, yang indah dan menarik perhatian dan ada tulisan 'Selamat Datang, Anda Telah Berada Pada Ketinggian 1.220 Meter DPL',” kata Suharta.
Kepada Gubernur Koster, ia juga menyampaikan keinginan agar tanah kelahirannya Banjar Tegal mempunyai krematorium atau alat pembakaran jenazah.
"Untuk itu kami mohon kiranya bapak membantunya," harap Suharta.
Ia menuturkan, selama ini proses kremasi yang berlangsung di desanya sangat miris. Sebab, bisa terjadi jenazah yang dibakar terlihat bagian tubuhnya seperti tangan dan kepalanya.
"Kadang kalau yang agak sadis itu disogok sogok (jenazahnya). Saya tak sampai hati melihatnya," kata dia.
Suharta sendiri saat ini bekerja sendiri dengan menyiapkan tanaman bhakti untuk THK (Tri Hita Karana). Saat ini bibit yang tengah disiapkan yakni berupa kamboja yang disalurkan ke Pura Puncak Manik.(*)