Simpang Ring Banjar
Dulu Nyaris Punah tapi Kini Mulai Dilirik, Jeruk Keprok Tejakula Setiap Tahun Capai 1,5 - 2 Ton
Jeruk yang memiliki cita rasa khas ini sejatinya sudah lama tidak dibudidayakan oleh petani hingga nyaris punah, akibat terserang penyakit CVPD
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Dulu Nyaris Punah tapi Kini Mulai Dilirik, Jeruk Keprok Tejakula Setiap Tahun Capai 1,5 - 2 Ton
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Di lahan perkebunan seluas kurang lebih 48 are, yang terletak di Banjar Dinas Delod Margi, Desa Sari Mekar, Buleleng, sedang dibudidayakan jeruk keprok Tejakula.
Jeruk yang memiliki cita rasa khas ini sejatinya sudah lama tidak dibudidayakan oleh petani hingga nyaris punah, akibat terserang penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration).
Namun berkat kegigihan Putu Oka Sastra (52), kenikmatan jeruk berwarna orange cerah ini dapat kembali dirasakan masyarakat Buleleng.
Oka, membudidayakan jeruk keprok Tejakula sejak 2013. Ia pun menuturkan, saat masih duduk di bangku SMP, jeruk ini pernah menemui masa kejayaan, setelah tumbuh dengan subur di wilayah Tejakula, Buleleng.
Buah ini terkenal di seluruh Bali, bahkan pernah mendapatkan sertifikat Buah Unggul Nasional.
Namun sayang, satu per satu tanaman jeruk milik petani terserang penyakit CVPD. Penyakit ini menyerang bagian batang tanaman jeruk, yang menjadi jalan nutrisi.
Hingga saat ini, sebut Oka, belum ditemukan obat penangkal CVPD. Hal ini lah yang lantas membuat para petani di Tejakula tidak dapat lagi mengembangkan jeruknya.
Menurut Oka, pada tahun 2010, Dinas Pertanian Buleleng sempat mencoba untuk membudidayakan jeruk keprok Tejakula di wilayah Kecamatan Gerokgak, yang secara klimatologi mirip dengan wilayah Tajakula.
"Namun ternyata di wilayah Gerokgak itu jenis tanah liat. Kalau musim kering, parktis tanahnya pecah-pecah. Ini lantas membuat akar jeruk menjadi putus dan mati," ungkapnya.
Hingga 2013, Oka mencoba untuk membudidayakan jeruk keprok Tejakula di perkebunannya sendiri, yang terletak di Banjar Dinas Delod Margi.
Awalnya bibit itu ia dapatkan dari Dinas Pertanian, sebanyak 200 batang, dalam kondisi terbengkalai. Tak disangka, di kebun seluas 48 are miliknya, jeruk keprok Tejakula dapat tumbuh dengan subur, bahkan terhindar dari serangan CVPD.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian ini sukses mengembangkan jeruk keprok Tejakula dengan menggunakan konsep budidaya sehat. Tanaman jeruk disiram dan diberi pupuk dengan benar.
"Musim kemarau sudah cukup membuat tanaman stres. Memasuki Desember-Januari sudah turun hujan, setelah itu baru muncul buah jeruknya. Banyak orang melalukan tindakan cukup ekstrem untuk membuat tanaman menjadi stres, seperti membongkar tanaman sampai kelihatan akarnya," ungkapnya.
Kini, Oka sudah memiliki sebanyak 500 pohon jeruk keprok Tejakula, dengan produksi setiap tahunnya mencapai 1,5 hingga 2 ton. Dimana harga untuk satu kilogram jeruk mencapai Rp 10 ribu.
Buka Wisata Agro
Atas keberhasilannya membudidayakan jeruk keprok Tejakula, Putu Oka Sastra kini telah membuka lebar pintu perkebunannya untuk masyarakat yang tertarik memetik langsung buah jeruknya.
Wisata agro ini baru dibuka sejak Juni, saat memasuki panen raya. Selain bertujuan untuk memperkenalkan kembali cita rasa jeruk, Oka juga ingin memberikan edukasi kepada masyarakat terkait tata cara menanam dan merawat jeruk tersebut, sehingga dapat tumbuh di tempat lain.
"Awalnya iseng-iseng. Anak saya memposting jeruk ini di sosial media. Ternyata banyak yang tertarik, dan ada yang kepingin metik langsung. Ya saya kasih aja, mereka datang ke kebun dan metik sendiri buahnya. Tidak perlu bayar tiket masuk. Saya hanya ingin memberikan edukasi pada masyarakat terkait jeruk ini," terangnya.
(*)