Kisah Pilu 9 Saudara dari 3 Keluarga Alami Kelumpuhan di Denpasar, Tinggal Serumah Dekat Kantor Ini
Di rumah tersebut tiga keluarga yang punya ikatan saudara tinggal dengan kondisi yang cukup memperihatinkan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Mereka berasal dari Banjar Abian Canang, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem.
Nengah Sumerti menuturkan tiga anaknya yang mengalami kelumpuhan yakni anak pertama yaitu Wayan Suantika (27), anak ketiga Komang Supartika (23), dan anak keenam Ayu Sekarini (7).
Sementara tiga anaknya yang lain yakni Kadek Suastini (sudah menikah), Ketut Sumarni, dan Ni Luh Suriani dalam kondisi normal.
Oleh karena keadaan tiga anaknya yang butuh perawatan dan pengasuhan, Suriani tak bisa bekerja.
Kehidupan sehari-hari ia mengandalkan dari penghasilan suaminya menjadi pembuat pupuk organik di Pemprov Bali.
“Dulu dapat bantuan dari pemerintah Rp 10 ribu sehari, terus berubah jadi pertahun Rp 1 juta dan sekarang tahun 2019 belum dapat apa. Cuma itu aja dari pemerintah dan sekarang tidak ada informasi untuk tahun 2019,” tutur Sumerti saat ditemui di kediamannya, Senin (16/9) sore.
Ia menuturkan, dari ketiga anaknya yang mengalami lumpuh, ciri-ciri awalnya yakni bola matanya bererak ke kiri dan ke kanan secara terus menerus.
Saat umur enam bulan sebenarnya mereka normal, bisa duduk dan merangkak. Akan tetapi semakin dewasa, ketiga anaknya semakin kaku dan lumpuh.
“Tapi sebenarnya anak saya yang keenam paling sehat, bahkan ia sudah bisa jalan namun tiba-tiba jatuh dan lumpuh, sekarang cuma bisa guling-guling. Kalau anak pertama sama sekali tak bisa bergerak dia hanya tidur saja,” terangnya.
Kepada Tribun Bali, ia pun mengaku kehabisan popok untuk anak pertamanya sehingga tempat tidurnya dialasi dengan plastik.
Sementara Ni Nyoman Simpen menuturkan, anaknya yang lumpuh yakni anak pertama Ni Luh Indah (26), sementara anak kedua Made Sumerta (25), dan Nyoman Sariasih (16) dalam keadaan normal.
Simpen menuturkan, anaknya yang lumpuh ketika diperiksakan ke dokter dikatakan terkena polio. Padahal sejak kecil sudah melakukan imunisasi polio.
Ciri awalnya sebelum lumpuh juga sama yakni bola matanya bergerak-gerak. Setelah berusia tiga bulan mengalami kejang-kejang dan panas tinggi.
“Lahirnya juga normal saat kehamilan 8 bulan. Selain ke dokter saya juga mencarikan obat ke balian, anak saya tak bisa bicara, cuma bisa teriak dan menangis saja,” katanya.
Walaupun demikian, beberapa relawan datang ke rumahnya dan melatih Luh Indah agar bisa menggerakkan tangannya. Diajarkan mewarnai gambar dan hasil gambarnya ditempel di tembok rumah.