Kisah Pilu 9 Saudara dari 3 Keluarga Alami Kelumpuhan di Denpasar, Tinggal Serumah Dekat Kantor Ini
Di rumah tersebut tiga keluarga yang punya ikatan saudara tinggal dengan kondisi yang cukup memperihatinkan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Selain sang anak, sang suami yakni Made Kari juga mengalami kelumpuhan setelah terkena stroke.
Kari yang awalnya bekerja sebagai tukang kebun di Kantor Gubernur Bali harus berhenti dari pekerjaannya.
Dan setelah anak keduanya tamat SMA, dialah yang menggantikan ayahnya bekerja sebagai tukang kebun.
“Saat itu suami saya baru 6 bulan kerja di Kantor Gubernur jadi tukang kebun. Siangnya ia pulang kampung, terus ke sawah, dan malamnya tiba-tiba jatuh sakit. Diopname 14 hari dengan biaya BPJS saja, dan kini sudah tak bisa kerja lagi,” katanya.
Untuk kebutuhan sehari-hari ia mengandalkan gaji dari anaknya yang bekerja sebagai tukang kebun dan juga bantuan dari para donatur.
Dengan gaji Rp 2.5 juta perbulan, sang anak harus membiayai semua kebutuhan keluarga.
“Ya astungkara semoga anak saya tetap semangat bekerja dan bisa membiayai kami semua dan saya terus diberikan kekuatan untuk merawat keluarga saya,” tuturnya.
Tak jauh beda dengan nasib dua keluarga sebelumnya, keluarga Nyoman Darma juga mengalami nasib yang tak kalah menyedihkan. Sang istri, Nyoman Sarmini (47), menuturkan empat dari enam anaknya juga cacat atau lumpuh.
Anaknya yang lumpuh yakni I Wayan Sudarma (23) yang merupakan anak pertama, anak kedua bernama Kadek Sudarsana (21), Ketut Suartama (19) anak keempat, dan anak kelima yakni Luh Nanda Febriastari (7). Sementara yang normal yakni anak ketiga yaitu Nyoman Marianti dan anak keenam Gede Adi.
Sama seperti dua keluarga lainnya gejala sebelum kelumpuhan ini pun sama yakni bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan. “Sejak satu bulan kelahirannya sudah menunjukkan gejala-gejala, matanya gerak-gerak tidak mau diam,” tutur Sarmini.
Karena keadaan anaknya yang seperti itu, Sarmini pun tidak bekerja. Ia hanya diam di rumah menjaga anak-anaknya, memberi makan, membantunya ke kamar kecil ataupun memandikannya.
Dan semua kebutuhan keluarga pun bergantung pada suaminya yang juga bekerja sebagai tukang kebun di Kantor Gubernur Bali. “Ya karena tidak ada yang jaga terpaksa saya tidak bekerja. Saya yang mengurus anak-anak sementara bapaknya kerja,” katanya.
Ketiga keluarga ini pun membutuhkan uluran tangan para dermawan. Mereka membutuhkan sembako, popok, maupun pakaian bekas layak pakai.
Sudah Ditangani
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra, menyampaikan ketiga keluarga kurang mampu ini sudah ditangani sejak lama oleh Pemprov Bali. Sejak dirinya menjabat sebagai Kepala Biro Humas dan Protokol masa Pemerintahan Gubernur Made Mangku Pastika.