Kisah Wayan Widana yang Memproduksi Jamu Herbal, Berkhasiat Sembuhkan 108 Penyakit

Wayan Widana bersama istri dan keluarganya di Susut, Bangli memproduksi jamu sejak 2013 silam.

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Fredey Mercury
Wayan Widana bersama istri dan keluarganya di Susut, Bangli memproduksi jamu sejak 2013 silam. Selain tanpa bahan pengawet, produk yang diberi nama Jamu Bali Usada itu mampu menyembuhkan hingga 108 penyakit. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Produk jamu herbal saat ini bisa ditemui dalam kemasan yang semakin variatif.

Salah-satunya dalam bentuk serbuk yang lebih praktis untuk dikonsumsi, seperti produk jamu herbal yang diproduksi oleh Wayan Widana.

Bersama istri dan keluarganya, pria asal Dusun Demulih, Desa Demulih, Susut, Bangli ini memproduksi jamu sejak 2013 silam. Namun ia baru memasarkannya setahun kemudian.

Selain tanpa bahan pengawet, produk yang diberi nama Jamu Bali Usada itu dipercaya memiliki khasiat penyembuhan hingga 108 penyakit.

Widana menuturkan awal mula dirinya memproduksi jamu herbal karena sakit yang ia derita delapan tahun silam.

Kala itu dia mengalami sakit pelemahan sistem imun serta pelemahan syaraf reflek otak belakang. Penyakit ini dia derita lantaran terlalu berlebihan mengonsumsi antibiotic serta makanan berpengawet.

“Ini dikarenakan saat muda dulu saya sedikit acuh dalam memilih makanan. Kebetulan juga saya memiliki riwayat jatuh berkali-kali dan empat kali kecelakaan. Inilah yang menyebabkan trauma saraf yang cukup serius sehingga menyebabkan saya tidak bisa berjalan hampir selama enam setengah bulan. itu semacam kelumpuhan karena saraf kejepit, bukan stroke,” ungkapnya.

Karena penyakitnya itu, Widana mengatakan ia pernah dianjurkan untuk melakukan operasi.

Meski demikian, ia merasa khawatir sebab berdasarkan pengalaman teman-temannya, justru menyebabkan kelumpuhan total.

Tak kehabisan akal, Widana akhirnya mencari buku usada yang kerap ia baca semasa kecil. Buku tersebut berisi ramuan herbal dan merupakan warisan keluarganya.

“Dari buku tersebut, saya coba untuk aplikasikan pada diri saya sendiri. Akhirnya sejak 20 hari mengonsumsi, saya sudah merasakan manfaatnya. Bahkan sudah bisa jalan dalam delapan bulan kemudian. Dokter yang melakukan check up juga terkejut dengan hasilnya, dan sempat bertanya apa yang saya lakukan hingga sembuh. Saat itu saya hanya jawab minum loloh,” katanya.

Tak hanya Widana yang mengalami sakit, istrinya yang bernama Ni Nengah Poniti pun menyusul dengan menderita kelenjar getah bening.

Kendati telah mengonsumsi obat kimia yang diberikan dokter, namun penyakit yang diderita istrinya ternyata tak kunjung sembuh.

Karena khawatir dengan kondisi kesehatan istrinya yang terus menurun, Widana pun lantas berinisiatif untuk menyembuhkanya dengan ramuan obat tradisional.

Setelah membuktikan sendiri khasiat jamu yang ia buat, banyak teman-temannya yang bertanya rahasia kesembuhan penyakitnya.

Namun karena belum memiliki izin, ia belum berani menjual produk ini di pasaran.

Hingga akhirnya pada tahun 2013, ada petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli datang mengambil sample dan melakukan tes terhadap jamu ini. Hasilnya, jamu ini layak dan aman untuk dikonsumsi.

“Setelah itu saya mengurus izin penjualan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangli. Akhirnya pada tahun 2014, Jamu Bali Usada ini resmi dipasarkan,” ucapnya.

Pemasaran produk Jamu Bali Usada miliknya tidak hanya diminati oleh masyarakat di Bali namun juga beberapa daerah di luar Bali. Seperti pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan lainnya.

Bahkan produk Jamu Bali Usada buatannya saat ini sudah mulai banyak dipesan oleh warga dari luar negeri seperti Belanda, Prancis dan Australia.

Jamu yang ia buat bersama sang istri pada tahun 2017 lalu juga pernah diteliti oleh praktisi herbal dari Belanda, Mr. Romano.

Hingga kini Mr. Romano merupakan salah-satu pengonsumsi produk Jamu Bali Usada dan ikut memasarkan produk ini di negaranya.

Hanya saja, karena dalam sehari dirinya hanya mampu memproduksi jamu herbal maksimal 8 kilogram, dirinya pun mengaku kewalahan dalam menerima orderan.

“Karena dibuatnya tidak pakai mesin, betul-betul secara tradisional sehingga dalam sehari maksimal jamu herbal yang kami produksi hanya 8 kg. Harganya untuk per setengah kilogram saya jual Rp 150 ribu cukup untuk dikonsumsi 25 hari diminum pagi dan sore. Itu untuk orang yang sedang sakit. Kalau untuk menjaga kesehatan, diminum sehari sekali saja,” imbuhnya.

Ampas Jamu Jadi Boreh Berkhasiat
Pengobatan tradisional sampai saat ini masih dipilih sebagian masyarakat Bali untuk mengatasi sejumlah penyakit.

Selain meminum jamu, cara pengobatan yang dilakukan yakni dengan mengoleskan boreh pada bagian tubuh yang sakit.

Boreh adalah ramuan tradisional yang dibuat dari aneka rempah. Penggunaan boreh dapat memberikan efek hangat pada bagian tubuh yang sakit.

I Wayan Widana mengatakan dirinya sudah mulai memproduksi boreh sejak beberapa tahun terakhir.

Widana menuturkan produk boreh buatannya yang diberi label Boreh Bali Usada diproduksi menggunakan bahan ampas sisa pengolahan jamu.

Menurutnya ampas sisa pengolahan jamunya layak untuk digunakan lantaran proses penyaringannya baru dilakukan sekali. Karenanya unsur zat yang terkandung dalam ampas jamu masih ada.

“Ampas jamu itu saya sinergikan lagi dengan sembilan macam rempah, di antaranya pala, kapulaga, cengkeh, merica hitam, babakan kayu Jabon, dan beberapa rempah lainnya,” terang dia.

Boreh buatannya berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit seperti bengkak yang disebabkan karena radang ginjal, radang hati, rematik, asam urat, dan lainnya.

Boreh ini juga baik digunakan untuk menormalkan kelenjar susu bagi ibu menyusui.

Boreh ini juga berkhasiat bagi laki-laki yang mengalami pelemahan sistem di organ vital,” imbuhnya.

Cara pemakaian Boreh Bali Usaha cukup mudah. Boreh tinggal dicampur air hangat secukupnya sehingga tidak terlalu encer maupun kental.

Selain air hangat, boreh Bali Usada juga bisa dicampurkan dengan minyak VCO sebagai minyak urut.

Penggunaannya dengan cara dibalurkan pada bagian tertentu minimal selama 30 menit dua kali sehari. Namun untuk khasiat yang lebih baik, digunakan saat akan tidur.

“Pemasaran produk Boreh dan Jamu Usada Bali selama ini dilakukan secara online. Bagi konsumen yang ingin mendapatkannya, bisa juga dengan datang langsung ke rumah. Untuk harga boreh per satu kemasan isian 150 gram, dijual seharga Rp 50 ribu,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved