Waspada Demam Babi Afrika Yang Kini Jadi Perhatian Serius, Ini Penyebaran Dan Gejala-Gejalanya
Sejumlah upaya dilakukan Kementerian Pertanian untuk mencegah penyebarannya melalui sejumlah pengawasan.
Pergerakan dari hewan-hewan yang terinfeksi, produk-produk babi yang terkontaminasi, dan pembuangan bangkai secara ilegal adalah penyebaran yang paling signifikan untuk penyakit ini.
Gejala-gejala klinis
- Gejala-gejala klinis dan tingkat kematian bergantung pada jenis virulensi virus dan spesies babi.
Berikut adalah beberapa jenis gejala klinis pada bentuk-bentuk virus ASF:
Gejala akut dari ASF ditandai dengan demam tinggi, depresi, anoreksia, kehilangan selera makan, pendarahan pada kulit (kemerahan pada kulit telinga, perut, dan kaki), keguguran pada induk yang hamil, sianosis, muntah, diare, dan kematian dalam waktu 6-13 hari (atau bisa juga hingga 20 hari).
Tingkat kematian pada bentuk ini dapat mencapai 100%.
- Gejala sub akut dan kronik ASF disebabkan oleh virus dengan virulensi moderat atau rendah.
Jenis virus ini menghasilkan gejala-gejala klinis yang tidak begitu jelas dan dapat terlihat dalam periode waktu yang lebih lama.
Tingkat kematian jenis virus ini lebih rendah, yaitu berkisar antara 30-70%. Gejala penyakit kronik termasuk penurunan berat badan, demam yang berselang, gejala pernafasan, penyakit kulit kronis, dan radang sendi.
Pencegahan dan pengawasan
Pencegahan di negara-negara yang belum terinfeksi dapat dilakukan dengan memperketat kebijakan impor dan pengukuran biosekuritas.
Kebijakan ini untuk memastikan bahwa tidak ada babi atau olahan daging babi yang masuk ke dalam negara tersebut.
Pengetahuan yang baik dan manajemen dari populasi babi liar serta koordinasi antar-instansi atau lembaga yang bertanggung jawab atas hewan ternak, satwa, dan otoritas kehutanan dibutuhkan untuk mencegah dan mengontrol wabah ASF ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Penyebarannya, Ini yang Perlu Diketahui soal Demam Babi Afrika"