Adakan Sarasehan Nilai-Nilai Perjuangan, MPRB Kenang Pahlawan Bali I Gusti Bagus Putu Wisnu

"Karena menyaksikan sikap penjajah yang sangat congkak. Beliau tak rela melihat rakyat sekitarnya disiksa penjajah, meski beliau hidup dalam kemewahan

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Sarasehan Nilai-Nilai Perjuangan Rakyat Bali di Monumen Bajra Sandi, Denpasar, Selasa (8/10/2019) 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rela berkorban, cinta tanah air, cinta persatuan dan kesatuan, cinta perdamaian, kebersamaan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI): itulah nilai-nilai perjuangan yang dijadikan sebagai pedoman oleh pahlawan nasional asal Bali I Gusti Bagus Putu Wisnu.

Nilai-nilai perjuangan tersebut didesiminasikan dalam Sarasehan Nilai-Nilai Perjuangan Rakyat Bali di Monumen Bajra Sandi, Denpasar, Selasa (8/10/2019).

Sarasehan ini dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) yang dihadiri oleh sejumlah pelajar dan mahasiswa.

Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Provinsi Bali Prof. Dr. Wayan Windia dalam kesempatan itu mengatakan, keberadaan pahlawan nasional I Gusti Bagus Putu Wisnu tidak terlepas dari I Gusti Ngurah Rai.

"Pak Rai dan Pak Wisnu adalah dua sejoli dalam memimpin perang kemerdekaan Indonesia dan Bali. Pak Rai adalah komandannya dan Pak Wisnu adalah wakilnya," kata Windia.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) ini pun mengenang keberadaan pahlawan I Gusti Putu Bagus Wisnu yang lahir di Klungkung pada 1919.

Polres Klungkung Amankan 10 Pelaku Narkoba, Seorang di Antaranya Masih Berstatus Pelajar

Berikan Pemahaman Hukum ke Masyarakat, 7 Kabupaten/Kota Ikuti Lomba Keluarga Sadar Hukum 

I Gusti Putu Bagus Wisnu, kata Windia pernah mengenyam pendidikan di Holland Inlandsche School (HIS) di Klungkung dan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Malang.

Bersama I Gusti Ngurah Rai, ia juga sempat mengenyam pendidikan militer di Sekolah Kader Militer Belanda di Gianyar.

"Karena cerdas, beliau bisa lulus dengan baik. Beliau sempat masuk tentara Belanda (Prayoda), dan juga sempat masuk dalam kesatuan tentara Jepang (PETA). Tampaknya hampir semua tokoh pejuang kemerdekaan di Bali sempat mengenyam pendidikan militer penjajah Jepang dan Belanda di Bali," jelas Windia.

"Justru dengan pendidikan itulah nilai-nilai kebangsaannya lahir, karena menyaksikan sikap penjajah yang sangat congkak. Beliau tak rela melihat rakyat sekitarnya disiksa penjajah, meski beliau hidup dalam kemewahan," jelas Ahli Subak Unud ini.

Oleh karena itu, pengalaman militer kaum penjajah itu sangat bermanfaat dalam pengelolaan pertempuran saat perang kemerdekaan.

"Pak Wisnu dan Pak Rai terlibat dan memimpin langsung perang Puputan Margarana di Bali. Kemudian bersama-sama gugur sebagai kusuma bangsa," tuturnya.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Legiun Veteran Republik Indonesia (DPD LVRI) Bali I Gusti Bagus Saputera dalam menyampaikan, bahwa terdapat beberapa nilai perjuangan I Gusti Bagus Putu Wisnu yang dapat dijadikan pedoman.

Nilai perjuangan itu di antaranya berupa nilai-nilai dasar dan nilai-nilai operasional.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved