Intip 3 Cara Maskapai Indonesia Menangkan Loyalitas Wisatawan Muda dari Amadeus

Menurut riset terbaru dari Amadeus, tercatat bahwa lebih dari sepertiga populasi di Indonesia berusia di bawah 20 tahun.

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Suasana penumpang yang tengah boarding di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali beberapa waktu lalu. 

Sebaliknya, maskapai lokal harus menawarkan layanan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan pelanggan, agar mereka setia dengan brand tersebut.

“Kita harus memahami pola pengeluaran dan perjalanan pelanggan, terutama para anggota program loyalty. Untuk itu, kita harus menggunakan data-data ini untuk mengantisipasi kebutuhan mereka. Karena, walaupun destinasinya sama, tentu kebutuhan dari tiap pelanggan berbeda-beda,” kata Cyril Tetaz.

Salah satu contohnya adalah wisatawan bisnis. Mereka sangat mementingkan jadwal dan ketepatan waktu terbang. 

Mereka rela membayar lebih mahal jika bisa menghadiri meeting dengan tepat waktu.

Namun, ketika pulang dari perjalanan bisnis, tipe wisatawan ini mungkin akan memprioritaskan waktu tempuh yang paling singkat, karena mereka ingin segera beristirahat dan berkumpul bersama keluarga.

“Sebagai perbandingan, orangtua yang berlibur dengan tiga anaknya mempunyai prioritas yang berbeda. Mereka ingin perjalanan yang mudah dan praktis. Mereka mungkin lebih membutuhkan bagasi ekstra dan pengaturan nomor kursi yang nyaman, dibandingkan mendapatkan akses ke longue atau upgrade kursi,” ungkapnya.

Berita baiknya, wisatawan Indonesia lebih terbuka untuk membagikan data pribadi mereka, asalkan mereka bisa mendapatkan layanan pariwisata yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Hari Ini Otonan Bagi Mereka yang Lahir Selasa Umanis Uye, Seperti Apa Peruntungannya?

Rasanya Sendirian di Gerbong Kereta Api, Pria Ini Rekam Setiap Momen Selama Perjalanan ke Bandung

Menurut Riset Journey of Me yang diterbitkan Amadeus, empat dari lima orang Indonesia (79%) bersedia untuk memberikan data pribadi jika mereka bisa mendapatkan reward dan tawaran spesial untuk menerima perlakuan khusus.

Angka ini lebih tinggi daripada rata-rata wisatawan di Asia Pasifik, di mana hanya 64 persen yang bersedia.

2. Mengantisipasi Kebutuhan Pelanggan

Untuk meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan, Tetaz menyarankan maskapai penerbangan lokal untuk memberikan pelayanan lebih di setiap tahap perjalanan.

“Di hari keberangkatan, petugas maskapai akan berinteraksi langsung dengan pelanggan. Mereka bisa mendapatkan komentar atau masukan langsung dari apa yang diinginkan oleh pelanggan,” tambahnya.

Selain itu, maskapai juga bisa memberikan informasi penting yang berguna, misalnya prediksi ramalan cuaca.

Dengan begitu, para pelanggan bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk.

“Sebenarnya, mereka tahu bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya keterlambatan atau pembatalan penerbangan. Tapi, jika maskapai bisa memberikan respon yang baik, maka hal ini bisa memperbaiki kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, staf maskapai juga harus dibekali dengan teknologi cukup, agar mereka bisa mengevaluasi isu yang terjadi dan melakukan booking ulang jika diperlukan,” imbuhnya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved