Tari Legong Dedari di Banjar Pondok Peguyangan Kaja, Ditampilkan Khusus Saat Ratu Ayu Mesolah
Tarian ini merupakan jenis Tari Legong sakral yang dibawakan oleh remaja putri yang belum menikah dengan jumlah 12 orang.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Krama Banjar Pondok, Desa Peguyangan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara tidak pernah lepas dari kegiatan yadnya dan seni. Bagi mereka, keduanya terkait satu sama lain.
“Karena kita diwariskan kekayaan spiritual, wenten sesuhunan. Mau tidak mau seni itu harus tetap dijalankan di banjar. Berbeda dengan banjar-banjar yang tidak memiliki sesuhunan,” kata Kelian Adat Banjar Pondok, Putu Agung Gde Widya Kusuma.
Sesuhunan di Banjar Pondok, Ratu Ayu, berstana di Pura Luhur Kanda Pat Sari.
Di Pura ini setiap 15 hari sekali, bertepatan dengan rahina Kajeng Kliwon, dilakukan upacara penyamblehan (caru dengan ayam).
Kemudian setiap 6 bulan sekali, digelar piodalan yang bertepatan dengan Tumpek Wayang.
Pada waktu itulah Ratu Ayu mesolah.
Piodalan di Banjar Pondok dilaksanakan setiap Tumpek Wariga sehingga Banjar menggelar dua kali piodalan selama kurun waktu enam bulan.
Selanjutnya, setiap setahun sekali dilaksanakan upacara ngerembeg (sesuhunan melancaran napak pertiwi), atau dianalogikan menyentuh ke tanah, yang rutin dilaksanakan pada Tilem sasih keenam.
Upacara-upacara itu dilaksanakan mulai tiga tahun terakhir, setelah mendapat petunjuk dari sesuhunan.
Legong Dedari
Ketika Ratu Ayu mesolah, wajib dipentaskan Tarian Legong Dedari. Tarian ini merupakan jenis Tari Legong sakral yang dibawakan oleh remaja putri yang belum menikah dengan jumlah 12 orang.
Disebut sebagai Legong Dedari karena penari akan dimasuki dedari. Di akhir tarian, mereka biasanya dalam kondisi kerauhan.
Penarinya merupakan orang-orang khusus dan pilihan. Setelah dipilih, mereka diwajibkan untuk mewinten.

Selanjutnya jika kelak mereka menikah, kembali dilakukan upacara lagi karena dianggap sudah selesai ngayah.
Para penari menari mengelilingi penjuru arah mata angin. Masing-masing 3 orang berada di sisi utara, timur, selatan, dan barat.
Sedangkan sesuhunan Ratu Ayu posisinya berada di tengah. Sementara itu, krama banjar mengiringinya dengan ngayah megambel.