Tari Legong Dedari di Banjar Pondok Peguyangan Kaja, Ditampilkan Khusus Saat Ratu Ayu Mesolah
Tarian ini merupakan jenis Tari Legong sakral yang dibawakan oleh remaja putri yang belum menikah dengan jumlah 12 orang.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Widyartha Suryawan
Saat ditanya mengapa digelar upacara mesolah ini, menurut Putu Gde, karena sebelumnya pernah terjadi musibah di Banjar Pondok.
Saat itu banyak krama yang meninggal dalam waktu yang berdekatan selama kurun waktu setahun. Kemudian, puncaknya ada yang ingin mencuri di dalam Gedong Ratu Ayu.
“Pencuri mau mengambil sesuatu dengan tongkat sapu,” terangnya.
Jro Mangku Pura melaporkan kejadian tersebut ke kelian banjar. Kemudian kedua peristiwa itu dibicarakan dalam rapat banjar, dan didapatkan solusi yakni bertanya pada sesuhunan.
Dalam baos-nya (wahyu melalui orang pintar), sesuhunan menyampaikan terkait pencurian tidak perlu dipermasalahkan lagi.
Selanjutnya dari kejadian itu, sesuhunan menginginkan untuk mesolah saat dilaksanakan upacara piodalan bertepatan dengan Tumpek Wayang.
Ia menjelaskan mengenai tarian dan tabuhnya, rekonstruksinya dibantu oleh ISI Denpasar. Kebetulan saat itu, ISI datang mencari kesenian-kesenian yang sudah lama tidak dipentaskan untuk direkonstruksi kembali.
Pihaknya kemudian diminta membuatkan proposal dan Banjar Pondok berhasil mendapat dana hibahnya.
Galang Punia
Dana yang diperlukan untuk rekonstruksi tarian itu adalah sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Rekonstruksi dilakukan selama sebulan.
Di sisi lain prajuru banjar merasa ewuh pakeweh (berat) menyampaikannya ke krama banjar karena sebelumnya ada juga pembangunan banjar.
Tetapi waktu itu, dengan tekad saja karena banjar tidak mempunyai uang, akhirnya dari punia bisa menjadi surplus sekitar Rp 10 juta.
“Kita dari awal tidak ada ngepos dana untuk kegiatan itu. Tapi harus dijalankan. Akhirnya setelah rekapan pertanggung jawaban kita surplus punia Rp 10 juta,” tutur Kelian Adat Banjar Pondok, Putu Agung Gde Widya Kusuma.
Pihaknya merasa kejadian itu merupakan jalan yang diberikan oleh sesuhunan karena yadnya yang dilakukan dengan tulus ikhlas. Dirinya pun antara percaya dan tidak percaya bantuan niskala tersebut.
Punia tersebut berasal dari kegiatan masyarakat, Dinas Kebudayaan, dan wakil rakyat yang ada di Peguyangan.
Menurutnya kalau krama dipaksa maka terasa sulit, namun jika diminta secara sukarela maka masyarakat memberi punia dengan senang hati sesuai kemampuannya.
Banjar Pondok terdiri dari 135 orang KK. Adapun sekaa yang masih aktif antara lain sekaa beleganjur, sekaa gong, PKK, Sekaa Kidung, Klub Voli, dan STT Pondok Rahayu. (*)