WIKI BALI

TRIBUN WIKI - Dari Mesbes Bangke hingga Gebug Ende, 6 Tradisi Ekstrem yang Ada di Bali

Dari sekian banyak tradisi yang ada, beberapa di antaranya bisa dibilang sebagai tradisi yang ekstrem.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Seorang pemedek lanang menghujamkan keris di dada (ngurek) saat kerauhan dalam Upacara Pengerebongan di Pura Dalem Pengerebongan, Kesiman, Denpasar, Minggu (25/9/2016). 

Mesbes Bangke yakni sebuah budaya dan tradisi yang ada di Banjar Buruan, Tampaksiring, Gianyar.

Tradisi ini memang benar-benar ekstrem dan unik dengan mencabik-cabik mayat sehingga memang terlihat mengerikan dan menyeramkan.

Jasad atau mayat seseorang yang akan dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh warga banjar Buruan sebelum menuju tempat pembakaran mayat.

Mayat tersebut akan ditunggu oleh warga di luar pekarangan rumah, setelah mayat tersebut keluar dari pintu gerbang rumah, barulah warga mencabik-cabik mayat tersebut.

Saking bersemangatnya, bahkan ada warga sampai naik ke atas mayat yang sedang diusung.

Tradisi ini hanya berlaku untuk mereka yang ngaben sendiri (pribadi) tidak berlaku untuk ngaben masal.

6. Gebug Ende

Dua pria saling serang dalam tradisi gebug ende yang digelar di Tanjung Budaya Dalem Pemuteran, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Selasa (25/10/2016).
Dua pria saling serang dalam tradisi gebug ende yang digelar di Tanjung Budaya Dalem Pemuteran, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Selasa (25/10/2016). (Istimewa)

Gebug ende digelar di Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, Bali.

Tak hanya warga sekitar, dan desa tetangga yang melihat tradisi Gebug Ende.

Beberapa wisatawan luar negeri juga datang untuk menikmati tradisi yang dilakukan tiap tahun sekali oleh warga Desa Seraya Barat ini.

Mereka semua terlihat berdiri di samping panggung yang dijadikan sebagai tempat pertarungan para peserta Gebug Ende.

Bunyi gong, yang diiringi musik khas Seraya Barat terus berbunyi di sekitar panggung yang akan dijadikan sebagai ajang pertarungan Gebug Ende.

Hari Ini Otonan Bagi Mereka yang Lahir Selasa Umanis Uye, Seperti Apa Peruntungannya?

Bunyi alunan musik ini sebagai penyemangat para peserta dalam bertarung.

Tradisi Gebug Ende merupakan warisan leluhur yang sifatnya sakral.

Dalam aksinya, para peserta diadu satu lawan satu, dengan membawa alat berupa kayu rotan, dan dibekali sebuah pengaman berupa Ende.

Saat diadu, para peserta mencoba memukul sekujur badan lawan dengan keras.

Gebug Ende awalnya adalah sebuah jenis tarian yang bertujuan untuk meminta kesuburan alam atau memohon hujan. (*)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved