Citizen Reporter

Reboisasi Seni, Kegelisahan Sebuah Komunitas Dipamerkan di Ubud

Berbagai karakter dan ritme masuk dalam struktur penciptaan bersama goresan dan sapuan warna.

Editor: Kander Turnip
Istimewa/AS Kurnia
Pameran Lukisan Reboisasi Seni #1 berlangsung di Pranoto's Art Gallery, Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali, Minggu (3/11/2019) sampai Sabtu (30/11/2019). 

Reboisasi Seni, Kegelisahan Sebuah Komunitas Dipamerkan di Ubud

Oleh: AS Kurnia

GIANYAR - Pameran lukisan "Reboisasi Seni #1" menampilkan 28 karya beragam karakter dari 8 pelukis berbagai daerah.

Gelaran yang berlangsung di Pranoto's Art Gallery, Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali, Minggu (3/11/2019) sampai Sabtu (30/11/2019).

Peristiwa budaya tersebut melibatkan Trisno Adi Wirawan, Widi S. Martodiharjo, Radil, Fajar Kadafi, Bandrex, Yonosan, Koko dan Agus Salim.

Radil, Fajar Kadafi dan Widi S Martodiharjo menggunakan garis sebagai medium ekspresi.

Dalam karya Radil dan Fajar tampak citraan bentuk deformatif sebagai tanda, dipadukan dengan teks yang diaplikasikan sebagai elemen rupa sekaligus media narasi. Widi menggunakan ballpoint untuk membangun imaji visualnya di atas kertas maupun kanvas.

Garis-garis riuh menggubah bentuk-bentuk abstraksi.

Berbagai karakter dan ritme masuk dalam struktur penciptaan bersama goresan dan sapuan warna.

Karya Adi Wirawan, Yonosan dan Bandrex berkecenderungan abstrak murni.

Adi menonjolkan dominan merah dengan tekstur tebal hasil torehan pisau palet sementara Yonosan menerapkan 'layering' dengan lapis teratas warna putih transparan yang disapukan dengan kuas lebar dan dibiarkan mengalir turun, menegaskan kesan cair.

Bandrex menggunakan tekstur putih sebagai dasar yang membentuk image, kemudian melaburkan warna biru transparan dengan teknik basah memunculkan nuansa dan volume.

Eksplorasi dengan kolase dilakukan Koko.

Potongan koran atau majalah diisikan ke dalam bentuk-bentuk representatif, dilapisi warna acrylic menggunakan kuas maupun pisau palet.

Bermacam kertas yang direkatkan kemudian disayat, dikelupas acak.

Aneka motif terbentuk dari proses ini berbaur dengan tekstur kanvas yang sengaja ditimbulkan.

Agus Salim mencoba menyatakan ilusi-ilusinya.

Bentuk-bentuk yang diambil dari alam 'mimpi' atau 'halusinasi' juga simbol-simbol mitologi yang telah mengalami fermentasi di alam psikis, melahirkan gambaran surealistis.

Psychedelic menjadi catatan dalam proses kehidupannya.

Selain seni lukis, hajatan seni ini didukung art performance (Agus Salim, Rasrawon) dan pementasan musik (open jamming).

"Ke depan, sebagaimana interaksi global yang terbentuk lama di Pranoto's Art Gallery, program yang dikonsep bersifat lintas budaya, bangsa dan lintas disiplin. Warna ini menjadi karakter lembaga galeri yang lebih menyerupai art space atau kantong budaya," demikian harapan Youliez Mbix, pengelola galeri. (AS Kurnia)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved