Peringati Hari Anak Internasional, Bintang Puspayoga Kunjungi SMP Kristen Harapan NTT
Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengunjungi SMP Kristen Harapan sebagai rangkaian peringatan Hari Anak Internasional
Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
Peringati Hari Anak Internasional, Bintang Puspayoga Kunjungi SMP Kristen Harapan NTT
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menteri Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengunjungi SMP Kristen Harapan, Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Kamis (7/11/2019) kemarin.
Kunjungan tersebut sebagai rangkaian peringatan Hari Anak Internasional tanggal 20 November 2019 mendatang.
Di tingkat global, setiap tahunnya dilakukan suatu gerakan yang diberi nama Outdoor Classroom Day (OCD) atau Sehari Belajar di Luar Kelas (SBLK).
Indonesia telah berpartisipasi dalam SBLK sejak 2017.
Pelaksanaan SBLK di Indonesia diintegrasikan ke dalam program Sekolah Ramah Anak (SRA).
Hal ini selaras dengan arahan Presiden yang meminta agar sekolah melakukan lebih banyak proses pembelajaran di luar kelas dari pada belajar di dalam kelas.
“Melalui kegiatan SBLK, saya berharap anak Indonesia yang berada di semua satuan pendidikan dapat merasakan proses belajar yang menyenangkan. Kegiatan ini tetap sebuah proses belajar, namun dilakukan di luar kelas dengan banyak sekali kegiatan yang lebih baik dalam membentuk karakter dan perilaku serta pembiasaan yang positif, bahkan termasuk mendukung kebudayaan dalam bentuk permainan tradisional,” ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga.
• BREAKING NEWS: Ketut Reni Warga Sengkidu Terpental 6 Meter dan Tewas di Tempat, Sopir Truk Kabur
• UMS Badung Belum Dibahas, Tunggu Pertemuan PHRI dan Serikat Pekerja
Menteri Bintang menambahkan, dalam kegiatan ini anak melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan, belajar sportivitas dalam permainan tradisional.
“Saya berharap agar permainan tradisional ini dapat terus dilakukan oleh anak-anak, sehingga mereka dapat terhindar dari ketergantungan pada gawai dan anak akan jauh lebih sehat,” tambahnya.
Pelaksanaan SBLK 2019 diikuti oleh seluruh satuan pendidikan, terutama yang telah berkomitmen menuju SRA sebanyak 33 provinsi, 356 kabupaten/kota, 15.588 sekolah dari semua jenjang pendidikan, dan 4.042.536 murid se-Indonesia yang dilakukan sekitar 3 jam di masing-masing sekolah.
Fokus pelaksanaan SBLK 2019 di 9 titik pantau, yaitu Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng), Jawa Timur (Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban), Lampung (Kabupaten Pringsewu), Sulawesi Utara (Kabupaten Minahasa), Maluku Utara (Kota Ternate), Nusa Tenggara Timur (Kabupaten TTS), DI Yogyakarta (Kabupaten Kulon Progo), dan Jawa Barat (Kota Bandung).
“Pelaksanaan SBLK tahun ini akan lebih semarak dari tahun sebelumnya, di mana ada 10 nilai yang ditanamkan pada setiap murid selama 3 jam tersebut, yaitu pendidikan karakter, kesehatan, iman dan taqwa, gemar membaca, adaptasi perubahan iklim, peduli dan cinta lingkungan, melestarikan budaya, cinta tanah air, sadar bencana, dan mau dan berkomitmen mendukung SRA,” ujarnya.
• Fakta Menarik Angely, Biduan Dangdut yang Jadi Kepala Desa di Lamongan. Menang Telak, Tetap Goyang
• TRIBUN WIKI - 4 Restoran Vegetarian Terbaik di Ubud
Sementara itu, Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Lenny N Rossalin mengungkapkan, Indonesia pertama kali mengikuti SBLK pada 2017, dan menjadi terbaik kedua setelah Inggris berdasarkan jumlah sekolah yang mengikuti SBLK dan beragam tema yang dilakukan dalam pelaksanaannya.
Untuk pelaksanaan SBLK tahun 2019 Indonesia telah memiliki aplikasi sendiri untuk pendaftaran kegiatan SBLK yaitu melalui aplikasi “Pentas Anak” yang dapat diunduh melalui Google Play Store.
"Ke depan, diharapkan kegiatan SBLK dapat diikuti lebih banyak lagi satuan pendidikan dari semua jenjang. Tentunya hal ini sebagai upaya mewujudkan pemerataan SRA di Indonesia sekaligus meningkatkan nilai-nilai yang ditanamkan pada setiap murid," tutur Lenny.
Selain itu, setiap sekolah juga dapat melakukan SBLK tidak hanya pada tanggal 7 November.
Tetapi bisa setiap minggu, atau setiap bulan, karena dampaknya sangat positif bagi murid.
“Semoga dengan kegiatan SBLK tahun ini akan semakin mendorong sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih menyenangkan dan porsi belajar diluar kelas dapat lebih diperbanyak lagi sesuai dengan himbauan Presiden.
Kegiatan ini diharapkan dapat mendukung pemenuhan hak-hak anak terutama melindungi anak selama berada di sekolah.
Keberhasilan SRA mendukung terwujudnya Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) menuju Indonesia Layak Anak (IDOLA) yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030,” tutur Menteri Bintang.
(*)