Buku Anak-anak 'Payung Nina' Karya Wahyu Kuncoro Tembus 5 Negara
Clavis Indonesia, salah satu penerbit besar buku anak-anak kembali menelurkan karya emas anak tanah air
Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Buku Anak-anak 'Payung Nina' Karya Wahyu Kuncoro Tembus 5 Negara
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Eksistensi buku anak-anak masih ada.
Clavis Indonesia, salah satu penerbit besar buku anak-anak kembali menelurkan karya emas anak tanah air.
Kali ini, buku cerita bergambar berjudul 'Payung Nina' karangan Wahyu Kuncoro, penulis yang tinggal di Denpasar Timur secara resmi diluncurkan ke pasaran.
Sebelumnya, Clavis Indonesia telah meluncurkan buku terbitan pertama yakni berjudul Bunga Penyihir Cilik karya penulis dan ilustrator berbakat Ratna Kusuma Halim di Jakarta.
Wahyu Kuncoro, menjadi penulis kedua yang dipilih Calvis Indonesia untuk diorbitkan menambah daftar koleksi bahan bacaan berkualitas di rak buku anda.
Payung Nina sendiri, dikisahkan Wahyu Kuncoro berangkat dari kisah nyata sederhana saat dirinya mengajar di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Saat itu, ia melihat ada salah satu anak yang merelakan berbagi payung dengan beberapa temannya.
Meski kondisi payungnya jelek, tapi ternyata kegunaan payung ini sangat penting terlebih dalam kondisi hujan.
• Ginting Kalah dari Pebulu Tangkis Tuan Rumah Hong Kong, Indonesia Tanpa Gelar
• Ada Sosok Wajah di Ranjang Sang Bayi, Setelah Dipasang CCTV Kisah Ibu Ini Viral
''Pengalaman itu akhirnya jadi inspirasi saya membuat cerita ini. Jadi ada nilai edukasi yang saya tawarkan dari buku ini, yaitu soal berbagi kebahagiaan meski sederhana,'' ungkapnya saat membedah bukunya di bilangan Sanur, Denpasar, Minggu (17/11/2019).
Pesan moral yang ia sampaikan melalui buku cerita bergambar itu diharapkan Wahyu bisa turut menginspirasi anak dalam menyelesaikan suatu masalahnya sendiri.
Pesan moral itu tergambar di buku ini yang mengisahkan karakter Nina dengan payung sebagai benda kesayangannya.
Hingga suatu saat, payung kesayangannya itu hilang tertiup angin dan saat ditemukan, payung itu sudah diambil orang lain.
''Dari sini saya munculkan karakter Nina berusaha merelakan payung itu dimiliki orang lain yang lebih butuh. Berbagi kebahagiaan,'' katanya.
Ia melanjutkan, Payung Nina merupakan karya monumentalnya pertama kali sejak menulis pada tahun 1999.
• Duo Sri Dewi Laksana Jadi Duet Ideal di Karangasem? Incumbent Mas Sumantri-Yuli Geredeg Mencuat
• Niat Bertemu Orangtua di Ketewel Kandas, Remaja 15 Tahun Ini Terlibat Kecelekanaan Mengerikan