Dialog Publik dengan Para Santri, Polda Bali Jelaskan Ciri-ciri Orang Terpapar Radikalisme
Dalam rangka meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air serta menolak paham radikalisme di Bali, Polda Bali menggelar kegiatan dialog publik
Penulis: Rino Gale | Editor: Irma Budiarti
Dialog Publik dengan Para Santri, Polda Bali Jelaskan Ciri-ciri Orang Terpapar Radikalisme
Laporan Wartawan Tribun Bali, Rino Gale
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Dalam rangka meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air serta menolak paham radikalisme di Pulau Dewata, Minggu (24/11/2019) kemarin sekitar pukul 10.30 Wita, Direktorat Binmas Polda Bali menggelar kegiatan dialog publik dengan para santri dan alim ulama di Hotel Hawaina, Banyuasri, Buleleng, Bali.
Dengan tema "Meneguhkan Ideologi Pancasila, Menolak Paham Khilafah dan Radikalisme Demi Keutuhan NKRI".
Kegiatan ini mendatangkan tiga narasumber, antara lain Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda Bali, AKBP Moh Asharianto, Ketua PCNU Kabupaten Buleleng H Rahmat Al Baihaki dan Dewa Ketut Surawijaya dari Kesbangpol Provinsi Bali.
Pada kesempatan tersebut, AKBP Moh Asharianto, menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang sudah terpapar paham radikalisme dan faktor yang memengaruhi orang berbuat radikal.
• Atlet Renang Bali Desak Made Sri Widyadari Raih 2 Medali Perak dan 3 Medali Perunggu di Popnas 2019
• Diangkat Jadi Komisaris Utama Pertamina, Ahok Jawab Soal Mafia Migas Dan Godfather
Menurutnya, penyebaran paham radikalisme oleh kelompok tertentu di Indonesia harus diwaspadai.
Bahkan para mahasiswa di perguruan tinggi negeri maupun swasta sangat berpotensi terpapar radikalisme.
"Ciri-ciri orang yang patut dicurigai sebagai kelompok radikalisme, yakni mendadak anti sosial, menghabiskan waktu dengan komunitas yang dirahasiakan, mengalami sikap emosional ketika berbicara seputar pandangan politik dan keagamaan, mengungkapkan kecurigaan dan kritik berlebihan terhadap praktek masyarakat secara umum, serta memutus komunikasi dengan orangtua dan keluarga," jelasnya
Kemudian faktor apa saja yang memengaruhi orang berbuat radikal?
• Menurut Ahli, 5 Aspek Ini Harus Diperhatikan untuk Mengelola Sampah
• Bentuk Solidaritas dan Tingkatkan Rasa Kekeluargaan, Bagsumda Polres Badung Jenguk Anggota di RS
Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda Bali ini menjelaskan, ada 6 faktor yang menyebabkan orang masuk dalam kelompok radikalisme, di antaranya faktor pemikiran, ekonomi, politik, sosial, psikologi dan faktor pendidikan.
"Orang yang memiliki masalah ekonomi akan memiliki pemikiran yang lemah dan sempit, sehingga mudah percaya pada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan derastis pada hidup mereka. Selain itu, pendidikan yang salah oleh tenaga pendidik dengan memberikan ajaran yang salah juga menjadi sumber penyebab orang menjadi radikal," ujarnya.
Ia menegaskan, pencegahan radikalisme dapat dilakukan dengan meningkatkan toleransi antar umat beragama kaena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras.
Menurutnya, sifat toleransi harus dipupuk dan diperkuat untuk mengajarkan artinya hidup bersama-sama dalam bermasyarakat dan bernegara yang penuh akan keberagaman.
"Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat. Hal yang harus dilakukan adalah memahami dan menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila," ujarnya.
(*)