Orok Bayi Terapung di Laut Selama 5 Hari, Polisi Kejar Orangtua Pembuang Bayi Perempuan Itu

Orok yang sudah meninggal dunia ditemukan di bibir Pantai Matahari Terbit, polisi kejar pembuang bayi perempuan itu

Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
Tribunnews
Ilustrasi mayat bayi - Orok Bayi Terapung di Laut Selama 5 Hari, Polisi Kejar Orangtua Pembuang Bayi Perempuan Itu 

Kejar Pembuang Orok

Kapolresta Denpasar Kombes Pol Ruddi Setiawan mengatakan, polisi kini mencari orangtua atau sang ibu yang tega membuang orok bayi tersebut.

Hal itu disampaikan  Ruddi Setiawan seusai menggelar pers rilis didampingi Kasat Reskrim Kompol I Wayan Arta Ariawan, Rabu (4/12/2019).

"Tim kami masih melakukan penyelidikan dan mencari siapa ibu yang telah membuang orok bayi tersebut," ujarnya.

Berdasarkan data KPA Bali, sepanjang tahun 2019 terjadi 10 kasus pembuangan bayi.

Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai  20 kasus.

Psikolog Nena Mawar Sari, mengatakan, kasus ibu membuang bayi dapat ditinjau dari berbagai faktor yang saling berkaitan.

Faktor ekonomi sangat memengaruhi kesiapan psikologi sang ibu untuk menjadi orangtua.

Ketidaksiapan mental juga dipengaruhi norma sosial lantaran pelaku merasa malu hamil di luar nikah.

Anak Suryawan Kesurupan Minta Gali Sumur Tua, Ditemukan Tulang Belulang Diduga Korban G 30S PKI

Ingin Bertemu Skuat Bali United? Agenda Serdadu Tridatu Hari Ini ke Badung & Gianyar, Ini Lokasinya

Membuang bayi dianggap sebagai solusi.

Namun, kata Nena Mawar Sari, sumber masalah sebenarnya pada perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak berpikir jauh saat terjadi kehamilan.

Dari pengamatannya, sebagian remaja masih menganggap seks sebagai hal tabu sehingga jarang berkonsultasi dengan orang lain yang lebih kompeten.

Ketiga faktor inilah, kata Nena, yang bisa menggambarkan kondisi psikologis pelaku ditambah kondisi wanita saat hamil biasanya lebih sensitif karena perubahan hormon.

''Dalam kondisi seperti itu, wanita hamil jika ditambah pemicu lain, seperti pasangan tidak bertanggung jawab, rasa bersalah, aib, dikucilkan keluarga, putus sekolah, lebih rentan depresi dan mengambil solusi (buang bayi) tersebut,'' katanya.

Menurut Nena, lingkungan sekitar paling berperan agar pelaku tidak melakukan kejahatan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved