Hujan Mengguyur Bali

Akhirnya Hujan Turun di Sarbagita Setelah PHDI Gelar Ritual Ini

Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali menggelar upacara Nunas Sabeh Mapag Toya untuk memohon turunnya hujan di Halaman Kantor PHDI Bal

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Rizki Laelani
Tribun Bali/Wema Satya Dinata
Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali menggelar upacara Nunas Sabeh Mapag Toya untuk memohon turunnya hujan di Halaman Kantor PHDI Bali, Jumat (6/12/2019). 

Akhirnya Hujan Turun di Sarbagita Setelah PHDI Gelar Ritual Ini

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hujan mengguyur wilayah Gianyar, Denpasar dan beberapa daerah lain di Bali pada Sabtu (7/12/2019) malam.

Keinginan hujan segera turun ini memang sangat diharapkan warga Bali yang sejak Januari lalu tak pernah merasakan air hujan turun dari langit.

Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali menggelar upacara Nunas Sabeh Mapag Toya untuk memohon turunnya hujan di Halaman Kantor PHDI Bali, Jumat (6/12/2019).

Ketua PHDI Bali, Prof I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan upacara nunas sabeh mapag toya ini termasuk dalam upacara Dewa Yadnya.

Upacara ini pertama kali dilaksanakan oleh PHDI Bali akibat kemarau yang berkepanjangan.

BREAKING NEWS: Sebagian Bali Diguyur Hujan Deras, BMKG Berikan Peringatan Ini

Hujan Mengguyur Denpasar Sabtu Malam, BMKG: Intensitas Lebat di Beberapa Wilayah Bali Ini

Ia menerangkan dilihat dari siklus alam dari dulu memang ada bulan atau tahun yang menyebabkan panas terlalu panjang.

Pada tahun 2019 ini terjadi panas yang sangat panjang tidak saja di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Dikatakannya di Bali seharusnya mulai bulan November atau Desember sudah turun hujan.

Sesuai Lontar Widhi Sastra Tapini dan beberapa lontar yang lain, memang kalau sudah panas berkepanjangan dan susah turun hujan, menurut Hindu di Bali ada suatu tradisi memohon hujan kepada Dewa Wisnu supaya beliau berkenan turun agar alam ini tidak kekeringan.

“Pada hari inilah kita laksanakan upacara itu dengan pelaksananya PSM Bali. Kita Parisadha yang mengkoordinir. Kita harapkan upacaranya tidak saja hanya di PHDI Bali tetapi di Subak yang sudah berjalan, silahkan dijalankan,” tuturnya.

Bali United vs Persipura: Beda Perasaan Teco dan Jacksen Jelang Laga Nanti Malam

Dua Pelatih Bali United Berambisi Isi Kursi Timnas Indonesia Senior, Siapa Layak?

Upaya Amien Rais Redam Pendukung Zulhas yang Ingin 2 Periode, Ini Direkam, Kasihkan Pak Zul Ya

Dengan bersama-sama melaksanakan upacara mapag toya terutama di Sarbagita ini, pihaknya meyakini Ida Batara Wisnu akan menurunkan hujan.

Dikatakan tradisi ini memang berdasarkan sastra supaya Bali tidak mengalami kekeringan.

Yang diminta untuk melaksanakan adalah para pemangku dan disaksikan dharma pepati.

“Jadi Ketua Sulinggih PHDI Bali menyaksikan dan memberikan restu , selanjutnya untuk pelaksanaannya ada di PHDI,” imbuhnya.

Untuk menyempurnakan pelaksanaan upacara, pihak panitia juga nunas tirta ke Pura Puncak Padang Dawa dan Pura Taman Sari.

“Diharapkan supaya beliau hadir kesini karena disana (Pura Puncak Padang Dawa dan Pura Taman Sari) sudah hujan,hadir memberikan mendung dan hujan,” harapnya.

Disamping itu dengan dilaksanakan upacara Mapag Toya, Ida Batara Wisnu berkenan memberikan penganugerahan kepada kita semua supaya kawasan Sarbagita ini tidak kekeringan.

Untuk mengantisipasi kekeringan ini, sambung dia, hal yang dapat dilakukan adalah, melakukan reboisasi terhadap hutan yang menipis, dan pohon-pohon yang telah mati.

Selanjutnya PHDI mengimbau pertama kepada masyarakat menanam pohon-pohonan lagi, melakukan penghijauan .

“Kalau bisa satu minggu, satu keluarga menanam pohon dan menaburkan benih-benih supaya alam ini kembali hijau, dengan demikian akan mudah turun hujan, tumbuh dengan baik dan banyak menghasilkan oksigen,” imbaumya.

Kedua, mengimbau kepada pelaksana proyek agar menghentikan penggunaan laser, paling tidak selama sebulan sehingga alam kembali bersikulasi dengan baik.

Kalau sirkulasi alam tidak baik, maka dikhawatirkan bisa mengubah hukum alam.

“Kalau alam sampai kekeringan maka efeknya sangat banyak sekali pada mahkluk hidup,” ucapnya.

Ketiga, mengimbau kepada Pemerintah baik Gubernur dan Walikota/Bupati agar memberi imbauan untuk menghentikan penggunaan laser bulan-bulan ini. Sehingga hujan turun, masyarakat tidak gerah, dan PDAM tidak kekurangan air.

“Kalau ini tidak diimbau dan dihentikan sementara kita khawatir satu bulan kedepan kita akan kekurangan air,” jelas Prof Sudiana. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved