7 Perupa Muda Abstrak Bali Pamerkan Karya di Bentara Budaya Jakarta, Berikut Karya-karyanya

Tujuh perupa muda asal Bali melakukan pameran di Bentara Budaya Jakarta bertajuk Ruang Kemungkinan. Pembukaan pameran ini digelar Kamis (12/12/2019)

Penulis: Putu Supartika | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
Dok. Komang Trisno Adi Wirawan
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tujuh perupa muda asal Bali melakukan pameran di Bentara Budaya Jakarta bertajuk Ruang Kemungkinan.

Ketujuh perupa ini yaitu Komang Trisno Adi Wirawan, Kadek Darma Negara, Ketut Agus Murdika, Made Kenak Dwi Adnyana, Putu Sastra Wibawa, Wayan Piki Suyersa, serta Tien Hong.

Pembukaan pameran ini digelar Kamis (12/12/2019) yang dibuka seniman Ipong Purnama Sidi dan pameran akan berlangsung hingga 21 Desember 2019.

Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (Dok. Komang Trisno Adi Wirawan)

Salah seorang peserta pameran, Komang Trisno Adi Wirawan mengatakan ketujuh perupa yang akan berpameran merupakan perupa muda yang mengambil karya beraliran abstrak.

"Kami yang berpameran merupakan perupa muda abstrak Bali. Ini merupakan kelanjutan dari seri sebelumnya yaitu Benang Merah di Jogjakarta tahun 2016 dan Abstract Is? di Bentara Budaya Bali tahun 2017 lalu," katanya, Senin (9/12/2019) siang.

Kurator Pameran, I Made Susanta Dwitanaya mengatakan tujuh perupa muda yang tampil dalam pameran ini, secara karakteristik visual memperlihatkan dua kecenderungan yakni abstrak dan abstraksi.

Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (Dok. Komang Trisno Adi Wirawan)

"Kalau abstrak itu bersifat niralam di mana realitas alam bukan merupakan tujuan namun lebih pada titik berangkat untuk menghadirkan eksplorasi pada wilayah yang lebih formalistik, sedangkan abstraksi lebih bersifat liralam," kata Susanta.

Secara visual karya yang ditampilkan oleh ketujuh  perupa muda ini cukup beragam.

Seperti Made Kenak Dwi Adnyana yang lebih cenderung ke abstraksi alam dengan masih menampilkan representasi objek alam meskipun dalam perwujudan yang seesensial mungkin.

"Dalam pameran ini Kenak menghadirkan seri karya yang didominasi oleh nuansa gelap untuk mempersoalkan cahaya. Ia sedang ingin mempersoalkan apa yang tampak sebagai akibat adanya cahaya," katanya.

Kadek Darmanegara juga mengekplorasi tentang alam.

Karyanya merupakan perjalanan dari abstraksi (liralam) menuju abstrak (niralam).

Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (Dok. Komang Trisno Adi Wirawan)

Sementara Komang Trisno Adi Wirawan, menggali elemen-elemen alam dalam karya seni lukis abstraknya.

"Persepsi-persepsinya tentang berbagai elemen alam seperti air, tanah, udara, cahaya, dan ether ia hadirkan dalam pilihan-pilihan warna , garis maupun tekstur. Elemen-elemen alam tersebut  secara abstraksi melainkan luluh dalam hamparan susunan susunan dan konstruksi elemen-elemen rupa itu sendiri," katanya.

Ketut Agus Murdika menghadirkan komposisi  bidang bidang dan warna  yang dibangun dari sapuan sapuan kuas yang cenderung spontan.

Sedangkan Tien Hong cenderung menggunakan nuansa warna warna komplementer yang cenderung lembut.

Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (Dok. Komang Trisno Adi Wirawan)

Dan Wayan Piki Suyersa lebih cenderung menggunakan warna warna primer maupun sekunder dengan sapuan sapuan kuas yang tajam dan dinamis.

"Kalau Putu Sastra Wibawa adalah perupa yang tertarik mengeksplorasi persoalan ekletik di dalam karyanya. Ia mencoba mempertemukan sesuatu yang terlihat s[pontan ekspresif dengan sesuatu yang tampak terkontrol," tuturnya.

Susanta menambahkan, dari keanekaragaman karya perupa ini, ada satu hal yang bisa dipakai sebagai frame untuk menautkan mereka.

Yakni dalam proses mereka berkarya mereka selalu menyediakan ruang-ruang kemungkinan yang terjadi selama prose situ terjadi.

Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Karya Perupa Muda Abstrak Bali yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (Dok. Komang Trisno Adi Wirawan)

"Artinya walaupun sebagian besar dari ketujuh orang perupa muda ini mengawali proses kreativitas mereka dengan berangkat dari gagasan tertentu, pada proses perwujudan atau penubuhan gagasan tersebut dalam karya selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga dari gagasan awal mereka berangkat, di tengah perjalanan proses berkarya itu mereka percaya dan memberikan ruang bagi bergerak dan dinamis dan mengalirnya proses hingga mereka berhenti pada satu keputusan untuk mengakhiri proses dan mengkalim karya mereka telah selesai," katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved