Tak Ada Dokter Melamar, Klinik Pratama untuk Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Karangasem Terhambat
Rencana BNNK Karangasem membangun Klinik Pratama untuk rehabilitasi pengguna Narkoba pada 1 Januari 2020, terhambat.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Rencana Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Karangasem membangun Klinik Pratama untuk rehabilitasi pengguna Narkoba pada 1 Januari 2020, terhambat.
Penyebabnya, sampai saat ini belum ada dokter yang mendaftar jadi tenaga kerja kontrak di Klinik Pratama tersebut.
Kasubag Umum BNNK Karangasem, Wayan Suartawa mengatakan, pembangunan Klinik Pratama masih terkendala pada rekrutmen dokter yang siap jadi tenaga kerja kontrak.
Sedangkan untuk tenaga perawat kontrak sudah ada 10 orang yang mendaftar. Satu dokter penanggung jawab sudah disiapkan oleh Pemkab Karangasem.
“Untuk rekrutmen dokter tenaga kontrak pendaftarannya rencana ditutup 9 Desember 2019. Sampai hari ini (kemarin) belum ada yang daftar. Padahal dokter tak harus standby di Klinik Pratama, masih bisa kerja di RS Karangasem. Untuk gajinya sekitar 3 sampai 3,5 juta (rupiah) perbulan," kata Suartawa, Minggu (8/12/2019).
Suartawa menjelaskan, tugas dokter BNNK Karangasem hanya merawat pasien yang direhabilitasi. Itupun tak setiap hari. Hanya seminggu 2 sampai 3 kali. Pasien yang direhabilitasi sifatnya rawat jalan.
Perpanjang Rekrutmen
BNNK Karangasem berencana memperpanjang rekrutmen jika tidak ada yang mendaftar hingga 9 Desember 2019 (Senin ini).
"Klinik Pratama harus bisa operasi per 1 Januari 2020. Klinik ini berfungsi melayani penguna Narkoba yang direhabilitasi. Itupun untuk pengguna kriteria ringan. Sedangkan pengguna kriteria parah, biasanya dikirim ke (RSJ) Bangli," ungkapnya. Suartawa berharap, ada dokter yang bersedia mendaftar sebelum penutupan.
BNNK bersedia merehabilitasi penguna Narkoba dan keluarkan surat keterangan bebas Narkoba jika Klinik Pratama sudah terbangun.
Saat ini, kata Suartawa, BNNK Karangasem merehabilitasi 3 orang pengguna Narkoba kriteria ringan di Bangli, dengan biaya perawatan sekitar Rp 900 ribu per orangnya. (*)