Bisa Atasi Gangguan Tidur, Poli Tidur RSUP Sanglah Denpasar Nyatanya Sepi Peminat

Klinik Gangguan Tidur RSUP Sanglah sepi peminat, dalam setahun hanya ada 4 sampai 5 orang pasien yang datang untuk mengatasi gangguan tidurnya

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Kepala Instalasi Paviliun Amerta RSUP Sanglah dr Ida Ayu Kusuma Wardani, ditemui Tribun Bali, Minggu (15/12/2019). Bisa Atasi Gangguan Tidur, Poli Tidur RSUP Sanglah Denpasar Nyatanya Sepi Peminat 

Bisa Atasi Gangguan Tidur, Poli Tidur RSUP Sanglah Denpasar Nyatanya Sepi Peminat

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - RSUP Sanglah Denpasar sejak tahun 2017 silam, membuka Klinik Gangguan Tidur.

Klinik Gangguan Tidur ini terletak di Gedung Wing Amerta RSUP Sanglah, lantai paling atas di sebelah utara.

Seperti namanya, Klinik Gangguan Tidur ini diperuntukkan untuk mengobati pasien yang memiliki permasalahan gangguan tidur.

Namun apa daya, keberadaan Klinik Gangguan Tidur ini nyatanya masih sepi peminat, atau belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Kepala Instalasi Paviliun Amerta RSUP Sanglah dr Ida Ayu Kusuma Wardani mengatakan, pasien yang melakukan pengobatan ke Klinik Gangguan Tidur ini sangat sedikit.

Per tahunnya, kata dia, pasien yang berobat ke Klinik Gangguan Tidur hanya mencapai 4 sampai 5 orang.

Bike for Life Rodalink Bersih Pantai Mertasari Sanur Denpasar, Undang Atlet Pesepada Nasional

Joko Anwar Bangga, Film Gundala Berhasil Tembus Paris International Fantastic Film Festival 2019

Terlebih yang disesalkan olehnya, para pasien ini tidak mau dievaluasi sampai tuntas dikarenakan meminta berhenti di tengah jalan.

"Mungkin daya tunggunya atau menunggu dengan sabar, belum ya," kata dr Dayu saat ditemui di ruangannya, Minggu (15/12/2019).

Dijelaskannya, dalam melakukan treatment kepada pasien gangguan tidur ini, memang berlangsung cukup lama.

Seorang pasien bisa memakan pengobatan hingga berjam-jam lamanya.

Prosesnya dimulai dengan melakukan wawancara terhadap pasien yang bersangkutan.

Setelah diketahui berbagai permasalahan yang tengah dihadapi, pasien diminta tidur dengan ditempelkan suatu alat bernama neurotransmitter.

Dari alat tersebut, nantinya tenaga medis Klinik Gangguan Tidur  akan melakukan evaluasi terhadap irama tidur pasien, serta melihat perilaku apa saja yang dilakukan ketika pasien sulit tidur.

Proses lama inilah yang menjadi penyebab pasien tidak mengikuti pengobatan hingga selesai.

"Karena memang dilakukan proses itu dan tidak ada kegiatan, dia (pasien) jenuh kan. Biasanya problemnya di sana," kata dr. Dayu yang juga seorang psikiater ini.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved