Kisah Ida Shri Begawan Asal Jembrana Bali Menjadi Sulinggih di Australia, Layani Umat di Brisbane
Perantau asal Bali yang sudah belasan tahun bermukim di Australia, Jero Gede Putu Wirata (56) menjalani upacara Dwi Jati
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Seusai melaksanakan upacara penyucian diri menjadi Sulinggih, pria yang saat walaka bernama Jero Gede Putu Wirata (56) diberi nama baru bergelar Ida Shri Begawan Kreshna Ardhana Kepakisan.
Perantau asal Bali yang sudah belasan tahun bermukim di Australia, Jero Gede Putu Wirata (56) menjalani upacara Dwi Jati (penyucian diri menjadi sulinggih) di negeri Kanguru tersebut.
"Ratu sebenarnya dari dulu tidak pernah membayangkan akan seperti ini," kata sulinggih yang bermukim di Gold Coast, Brisbane, Australia sejak 2006 itu saat dihubungi Tribun Bali, Jumat (13/12) malam.
Seusai melaksanakan upacara Dwi Jati atau penyucian diri menjadi sulinggih, pria yang saat walaka bernama Jero Gede Putu Wirata (56), diberi nama baru bergelar Ida Shri Begawan Kreshna Ardhana Kepakisan.
Ida merupakan perantau dari Desa pergung, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.
Dia beristrikan orang Australia.
Ida berniat menjadi pelayan umat sejak lama.
Bermula dengan menjadi Jero Gede dan memberikan pelayanan sebagai seorang pemangku.
“Ratu mulai ngiring sesuhunan dan menjadi mangku sejak tahun 2011. Selanjutnya, tiga tahun lalu mereka jati menjadi Jero Gede.
Mulai melayani umat di Gold Coast, Brisbane agar tetap ingat pada leluhur,” kata Ida Begawan yang menjalani upacara padiksan di Griya Agung Dalam Kepakisan, Banjar Baler Pasar Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana.
Dia tidak hanya melayani umat Hindu tetapi umat beragama lainnya di Brisbane.
“Jadi drike Ratu ten rasis. Ratu berusaha menyatukan semua umat beragama,” ujarnya.
Di Brisbane banyak yang mengharapkan dia menjadi sulinggih.
Sejak lima tahun lalu Ida mendalami profesi spiritual.
Diakuinya, saat dirinya menjadi Jero Gede, sudah ada dorongan dari semua umat beragama di sana agar Ida melakukan pediksan.
Dukungan juga datang dari semeton di Bali, keluarga dadia, keluarga Sri Kepakisan maupun masyarakat.
“Akhirnya Ratu melinggih kemarin tanggal 11 (Desember).
Tanggal 10 mediksa, tanggal 11 medwijati,” ungkapnya.
Ida sangat bersyukur memiliki istri yang sangat pengertian dengan kehidupan yang dijalaninya hingga menjadi sulinggih.
Istrinya saat walaka bernama Louisa Theresa Wirata (58) merupakan guru spiritual di Australia.
Menurut Ida, menjadi sulinggih ibarat bayi yang baru lahir sehingga harus mengikuti sesana (aturan-aturan) kesulinggihan.
“Ratu akan berusaha membawa nama baik kabupaten dan provinsi di luar Indonesia, semoga bisa melayani umat baik di Bali, Indonesia maupun Australia,” katanya.
Ketua Puskor Hindunesia Ida Bagus Susena Pantra yang juga hadir saat upacara padiksan, mengatakan salah satu alasan dwi jati Ida Shri Begawan Kreshna Ardhana Kepakisan dan Ida Shri Begawan Istri Kreshna Ardhana Kepakisan karena banyak warga Australia, Indonesia dan Bali yang membutuhkan seorang sulinggih di Brisbane.
Setelah seluruh prosesi upacara berakhir, Ida Begawan akan kembali ke Australia untuk melayani umat di sana.
“Beliau di sini sekitar empat bulan lagi untuk memperdalam ajaran kependetaan sebelum resmi menjalankan swadharma sebagai sulinggih,” kata Gus Susena.
Ia menerangkan, seluruh rangkaian upacara dwi jati telah dilaksanakan diawali nyeda rage.
Pada tanggal 11 Desember 2019 langsung napak dipimpin seorang nabe Ida Pedanda Gde Oka Manuaba.
Menurutnya, padiksan dilaksanakan atas kebutuhan umat. Umat Hindu di Australia jumlahnya cukup banyak.
Mereka tersebar di beberapa kota seperti Brisbane, Perth, New South Wales, Canberra dan sebagainya.
Sebagai contoh, jumlah umat Hindu di Adelaide sekitar 55 kepala keluarga (KK).
“Cukup tersebar, tetapi orang Bali banyak terkonsentrasi di Adelaide dan Perth,” tuturnya.
Sayang di Australia belum ada pura, yang ada hanya bangunan pelinggih.
Dengan adanya seorang sulinggih akan didirikan pura di Adelaide. Proposal sudah diajukan kepada pemerintah Australia.
“Kalau sudah fiks akan mendirikan pura di sana, Puskor akan memfasilitasi ke Konsulat atau Kedubes agar posesnya menjadi lebih mudah,” kata Gus Sena. (*)