Ngopi Santai
Mengapa Resolusi Akhir Tahun Sering Gagal Terwujud?
Mengapa resolusi gagal diwujudkan, bahkan bagi sebagian orang hanya bertahan seumur jagung? Pada umumnya, resolusi berisi keinginan, target atau goal
Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Pendiri dan CEO Mindvalley ini (salah-satu perusahaan pengembangan diri internasional yang terkemuka) mengungkapkan, kebanyakan orang menetapkan tujuan hidupnya bukan berangkat dari kesadaran atau suara hati mereka yang terdalam.
Mereka menetapkan target dan tujuan hidupnya berdasarkan/mengikuti standar dan ukuran umum yang berlaku di masyarakat. Misalnya, saya harus dapat rangking 1 di kelas (karena dalam standar umum, rangking 1 merupakan pertanda kesuksesan); saya harus punya 3 mobil pribadi di garasi (karena miliki lebih dari 1 mobil adalah simbol kesuksesan di masyarakat); anak saya harus meraih gelar akademik (karena anak bergelar akademik adalah ukuran keberhasilan orangtua di mata publik); saya harus pergi ke destinasi wisata luar negeri yang sedang trending di medsos (karena kalau fotonya diposting di akun medsos dan dapat like & comment banyak, itu menaikkan prestise saya) dan lain-lain.
Semua hal tersebut di atas, menurut Vishen, adalah tujuan semu (means-goal) selama tidak berangkat dari atau sejalan dengan kesadaran mengenai makna terdalam tujuan itu bagi diri sendiri.
Means-goal adalah `tujuan hidup` yang diinfuskan dari luar, dan jenis tujuan hidup seperti inilah yang paling banyak dijalani orang-orang. Tujuan hidupnya tidak orisinal, tidak berangkat dari suara hati terdalam, tapi dibentuk atau didikte oleh apa yang disebut Lakhiani sebagai culture space.
“Culture space itu berisi standar, ukuran dan norma-norma yang saya sebut sebagai Brules (singkatan dari bullshit rules). Kita mesti retas aneka Brules itu untuk bisa sukses menjadi diri kita sendiri,” tulis Lakhiani.
Culture space itu bisa berupa tokoh idola, kebiasaan keluarga, lingkungan pergaulan, media, tren di medsos atau internet dan lain-lain yang ada di masyarakat. Resolusi yang berupa means-goal pada dasarnya adalah program-program dari luar diri, dan karena itu sesungguhnya tak bisa disebut sebagai resolusi pribadi. Dan, kemungkinan kegagalannya besar.
Oleh karena itu, jangan terdistraksi dan terkecoh oleh means-goal, tapi carilah end-goal, dan kemudian fokus untuk mencapainya. Apa itu end-goal?
Menurut Lakhiani, tujuan hidup merupakan end-goal jika ia mengandung tiga hal penting berikut ini bagi seseorang:
1) Meaningful experiences, yakni tujuan itu memberi pengalaman yang bermakna
2) Growth, yaitu jika tujuan itu membuat anda bertumbuh positif
3) Contribution, yang berarti bahwa tujuan itu membuat dunia menjadi lebih baik melalui sumbangsih atau kontribusi anda
Jadi, apakah anda masih menyematkan resolusi anda pada culturespace ataukah benar-benar mendengarkan suara dari dalam hati? Silakan evaluasi.