Penusukan di Mengwi

Pengabenan Korban Penusukan di Mengwi Penuh Duka, Tangis Pecah Saat Jenazah Alit Dinaikkan ke Bade

Agung Alit merupakan korban penusukan oleh adik sepupunya saat perayaan malam tahun baru, Selasa (31/12) malam.

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta/ist
Almarhum I Gusti Agung Alit Mahaputra merupakan pemain sepak bola dan fans Bali United. (kanan) Jenazah I Gusti Agung Alit Mahaputra diarak saat prosesi pengabenan di Banjar Jempinis, Desa Pererenan, Mengwi, Badung, Kamis (2/1/2019). 

Atas kejadian itu, Suiasa pun meminta kepada tokoh-tokoh masyarakat, terutama perbekel, camat, bendesa adat, dan yang lainnya untuk mengontrol peredaran miras tersebut.

Hal ini untuk membatasi penjualannya sehingga minim dikonsumsi masyarakat.

“Kita kan bisa mengontrol masyarakat yang sering mengkonsumsi alkohol itu agar tidak berlebih, karena ini sudah menjadi pengalaman kita dengan beberapa kali terjadi kejadian akibat minum minuman keras yang berlebihan,” katanya.

Wabup mengatakan, aparat desa sudah siap membuat peraturan di internal desa dalam pengendalian miras tersebut.

Siapa pun yang akan menggunakan atau menjual miras nantinya akan diperketat.

“Nanti aparat desa berjanji akan melaksanakan kontrol pada setiap kegiatan masyarakat melalui pengaman desa maupun pecalang,” jelasnya.

Pejabat asal Kuta Selatan itu pun mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut.

Sebab, ini merupakan kejadian yang hampir sama dalam empat bulan terakhir.

Sama-sama memakan korban hingga tewas.

Sebelumnya pada 29 Agustus 2019 terjadi kasus pembunuhan di Desa Angantaka, Abiansemal.

Saat itu dua pelaku yang masih berstatus pelajar menebas dua pemuda setelah konsumsi miras di sebuah warung remang-remang.

Korban meninggal bernama I Kadek Roy Adinata (23), mahasiswa yang tinggal di Desa Sedang, Abiansemal.

Sedang rekannya Agus Gede Nurhana Putra (18) mengalami luka tebas di kepala bagian belakang kiri.

“Padahal kami sudah nyatakan perang terhadap miras, namun ada juga yang masyarakat yang keluar dari kewajaran yang ada.

Kembalilah kita mulat sarira atau melaksanakan introspeksi diri agar semuanya sadar miras itu tidak menguntungkan jika dikonsumsi berlebihan,” tandas Suiasa.

Sementara Sukrasena mengaku sudah mengimbau warganya maupun pendatang untuk tidak minum-minuman keras yang dapat merugikan diri sendiri.

Ia pun mengklaim tak ada yang jual miras di Desa Pererenan.

"Sebenarnya kalau di sini tidak ada yang menjual miras secara terbuka. Kemungkinan itu dari luar mirasnya," jelasnya, sembari mengatakan ada beberapa cafe tapi itu kusus wisatawan. (*)

Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved