Pohon Tumbang di Bali

Waspada Longsor dan Pohon Tumbang di Bali, Ini Wilayah dengan Potensi Pergerakan Tanah Tinggi

Masyarakat diharapkan lebih waspada karena Bali berpotensi mengalami bencana tanah longsor dan pohon tumbang.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
BPBD Karangasem
Longsor menutup badan jalan di Banjar Sega, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Jumat (8/3/2019). Petugas BPBD bersama warga membersihkan material longsor. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR  – Wilayah  Bali sudah memasuki musim hujan sejak akhir Desember 2019.

Masyarakat diharapkan lebih waspada karena Bali berpotensi mengalami bencana tanah longsor dan pohon tumbang.

“Kalau musim hujan yang paling sering terjadi di Bali itu sebenarnya longsor sama pohon tumbang. Kalau banjir agak jarang,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Made Rentin di Denpasar, Jumat (3/1/2019).

Tanah longsor, kata dia, biasa terjadi di daerah-daerah yang tinggi seperti di Kabupaten Bangli, jalur dari Denpasar menuju Buleleng, Karangasem, Badung Utara dan Gianyar.

Sedangkan pohon tumbang lazimnya karena lapuk dan struktur tanah yang labil.

BREAKING NEWS: Pohon Tumbang di Jalan Drupadi, Pemilik Selamat dari Maut Setelah Diteriaki Warga

Waspada Angin Kencang 56 Km/Jam Tiba-tiba Melanda Bali Siang Ini, Ini Imbauan BMKG

Berdasarkan data Wilayah Potensi Gerakan Tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, sejumlah wilayah di Bali berpotensi longsor dari kategori sedang hingga tinggi.

Wilayah di Bali yang berpotensi mengalami pergerakan tanah dengan intensitas tinggi yaitu:

  • Abiansemal dan Kuta Selatan di Kabupaten Badung;
  • Kintamani dan  Susut di Bangli:
  • Banjar, Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, Sukasada dan Tejakula di Kabupaten Buleleng.

Pergerakan tanah yang tinggi juga berpotensi di Payangan, Tampaksiring, Tegalalang, Ubud di Gianyar; Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara, Pekutatan di Jembrana; Abang, Bebandem, Karangasem, Kubu, Manggis, Rendang, dan Selat di Karangasem.

Sementara di Kabupaten Tabanan, wilayah yang berpotensi mengalami pergerakan tanah seperti Baturiti, Marga, Penebel, Pupuan, Salemadeg dan Salemadeg Barat.

Made Rentin mengapresiasi kesadaran masyarakat menghadapi bencana.

Mereka tidak hanya mengandalkan peran dari  petugas  BPBD.

Saat tanah longsor di Karangasem misalnya, masyarakat bergotong-royong membersihkan longsoran.

“Mereka bukan hanya mengandalkan pemerintah, tapi mau bergotong-royong. Itu bagus,” kata Rentin.

Dijelaskannya, BPBD Bali memiliki personel sebanyak 150 orang yang dibagi dalam Tim Reaksi Cepat (TRC) 30 orang, tim Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) 30 hingga 40 orang dan tenaga lainnya.

Rentin mengimbau kepada masyarakat agar terus memperhatikan prediksi cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi,  Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“BMKG ini paling valid untuk peringatan dininya. Misalnya peringatan cuaca bisa tiga hari ke depan,"  kata dia. 

Selain perbarui informasi cuaca dari BMKG, masyarakat juga diminta tidak membuang sampah sembarangan.

“Kalau ada kejadian segera kontak kami di BPBD. Kami kan siaga 24 jam. Kami punya Tim Reaksi Cepat," jelasnya.

Siaga Bencana

Guna mengantisipasi bencana, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mulai bertindak.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali I Dewa Made Indra telah mengirimkan surat kepada bupati dan wali kota se-Bali untuk siaga bencana.

“Kita sudah mengirim surat edaran untuk bupati/wali kota se-Bali (agar) semuanya melakukan siaga,” kata Sekda Dewa Indra di Denpasar, Jumat (3/1/2019).

Menurut Dewa Indra, peralatan dan personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota harus siaga.

Hal itu penting agar BPBD bisa segera beraksi di wilayah yang mengalami bencana.

Tak hanya itu, menurut Sekda Dewa Indra, segala bentuk peringatan dini kebencanaan juga dipelihara secara baik guna mengantisipasi bencana pada musim hujan ini.

Mantan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali itu menuturkan, pihaknya telah memetakan sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami bencana.

Kalaksa BPBD Provinsi Bali Made Rentin menambahkan, meskipun Bali sudah dilanda hujan sekian hari, namun sampai saat ini masih relatif aman.

“Beberapa ada (bencana) tanah longsor dan pohon tumbang tapi sejauh ini tidak berpengaruh signifikan, semuanya bisa tertangani dengan baik,” kata Rentin.

Dijelaskannya, hampir seluruh wilayah Bali mempunyai potensi tanah longsor atau banjir.

Made Rentin mengatakan, pada tahun 2020 pihaknya mendapat alokasi anggaran sebanyak Rp 17 miliar guna untuk program kebencanaan di Bali.

Jumlah anggaran itu tetap seperti tahun sebelumnya mengingat Gubernur Bali Wayan Koster masih fokus pada pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana.

 “Kita berkolaborasi dengan BPBD kabupaten (dan) kota seluruhnya, termasuk dengan jejaring. Kita tidak lepas dengan BMKG, tidak lepas dengan Basarnas, PMI juga, terutama para relawan yang selalu siaga di lapangan. Itu semua kita bersinergi,” demikian Rentin. (*)

Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved