Antisipasai Penyakit ASF Dinas Pertanian dan Pangan Badung Langsung Lakukan Cek Lab
Sentra Ternak Banyak Keluhkan Babi Mati, Antisipasai Penyakit ASF Dinas Pertanian dan Pangan Badung Langsung Lakukan Cek Lab
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Dinas Pertanian dan Pangan melalui Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) dikabarkan banyak mendapatkan laporan tentang kematian babi di Badung, Bali.
Laporan kematian babi itu terjadi beberapa minggu terahir pada sejumlah sentra pertenakan di Gumi Keris.
Informasi terakhir, sampel atau darah dari ternak babi yang mati pun sudah dibawa ke Balai Besar Veteriner Denpasar untuk dilakukan pengujian penyebab kematian.
Sehingga masih menunggu hasil pemeriksaan penyebab matinya beberapa babi di Badung.
• Hasil Lengkap Indonesia Masters 2020: Minions, Anthony & Greysia/Apriyani Persembahkan Juara Umum
• Tunggu Debut di Kualifikasi Liga Champions Asia, Nadeo Pelajari Tipe Striker Berpostur Tinggi
• Merasa Ditipu Alami Kerugian Belasan Miliar, Perkumpulan Siok Cinta Damai Lapor Polda Bali
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Hanya saja pihaknya mengaku sudah mengambil langkah untuk menyikapi permasalahan tersebut.
“Iya kami menerima banyak laporan kematian ternak babi. tapi kita sudah ambil langkah-langkah, dengan menurunkan tim langsung ke peternak,”kata Wijana,Minggu (19/1/2020)
Selain membawa sampel atau darah ternak babi yang mati ke Laboratorium Bali Besar Veteriner Denpasar untuk di uji, pihaknya juga telah membagikan disinfektan kepada peternak.
Disinfektan ini akan disemprotkan ke kandang, dan yang tak kalah penting menurutnya peternak agar tetap menjaga kebersihan kandang.
“Kami sudah berikan disinfektan untuk membunuh kuman-kuman yang ada pada kandang babi,” tegasnya
Sejatinya, ada tiga penyakit utama yang menyerang babi, yaitu cholera atau umum pula dikenal sebagai classical swine fever (CSF), Streptococcus Suis, serta yang paling berbahaya dan belum ditemukan obatnya adalah african swine fever, disingkat ASF.
Beberapa peternak babi yang melaporkan ternaknya mati pun ada di wilayah Desa Tangeb, Bongkasa, Sedang, Jagapati dan beberapa wilayah lainnya.
Dibagian lain, Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama menjelaskan laporan kematian babi terutama dari sentra-sentra peternakan babi di Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi.
Meski demikian pihaknya berharap matinya babi bukan karena terkena penyakit serius terutama ASF.
“Kita masih menunggu hasil analisa sampel yang telah kita bawa ke laboratorium Veteriner Denpasar. Semoga hasilnya bisa keluar dalam waktu dekat,”ujarnya.
• Selamat Ulang Tahun Aquarius! 3 Zodiak Ini Diramal Beruntung di 20 Januari - 19 Februari 2020
• Waspada! Aksi Pria Pamer Kelamin di Denpasar Terekam Kamera, Pelaku Exhibitionist Resahkan Siswi SMA
Untuk data pasti jumlah kematian, pihaknya masih melakukan perekapan dari laporan-laporan yang telah masuk.
Untuk membandingkan antara jumlah populasi dengan tingkat kematian.
Hanya saja sebelum keluarnya hasil resmi dari Laboratorium Bali Besar Veteriner Denpasar pihaknya belum berani banyak berkomentar.
“Penyakit yang sering disebut virus flu babi Afrika ini ditemukan pada peternak babi di Sumatera Utara ini sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Mudah-mudahan saja ASF tidak sampai masuk ke Bali, karena belum ditemukan obatnya,” ujarnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengakui bahwa dirinya sudah tahu terkait laporan para peternak di Badung.
Ia juga membenarkan beberapa minggu terakhir peternak di wilayah kecamatan Abiansemal dan Mengwi yang melaporkan kejadian tersebut.
"Ia di Badung memang ada beberapa peternak yang melaporkan babinya mati," jelasnya.
Hanya saja pihaknya tidak bisa memastikan penyebab matinya babi tersebut.
Lantaran hasil laboratorium yang dicek dengan mengambil sampel babi yang mati belum keluar.
Hanya saja yang jelas kata dia pemerintah Badung melalui bidang kesehatan hewan langsung turun kelapangan.
"Untuk penyebabnya belum belum bisa kita pastikan apakah penyebab kematian adalah ASF atau bukan," katanya.
Disinggung mengenai virus ASF tersebut, Pria asal Abiansemal, Badung itu belum berani berkomentar banyak, lantaran menunggu hasil lab keluar.
Meski demikian pihaknya mengaku dari pantau dan kondisi lapangan, matinya babi tersebut kemungkinan kecil terjangkit ASF.
"Sepengetahuan saya kalau terjangkit ASF, tingkat kematian babi bisa mencapai 100 persen. Namun ini (di Badung -red) tidak semuanya yang mati babinya," katanya
Lanjut ia mencontohkan, jika peternak memiliki 10 ekor minimal, terdapat 8 ekor yang mati berbarengan sisanya yang 2 ekor pasti akan mati juga.
Tapi yang terjadi di peternak Badung, dari 10 ekor ternak paling yang mati 1 hingga 2 ekor.
"Iya mudah-mudahan penyebab kematian bukanlah ASF," harap Heri
Hanya saja pihaknya meminta kepada peternak harus tetap waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan pada kandang ternak.
"Tentu kita harus waspada, dan peternak harus meningkatkan kebersihan dan kesehatan hewan peliharaannya," ucapnya.(*)