Ngopi Santai

Kobe Bryant dan Perjuangan Kasih Sampai Maut Memisahkan

Selamat jalan Black Mamba. Dunia olahraga berduka tapi warisanmu akan terkenang lama.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
twitter@jjwatt
Kobe Bryant bersama dengan putrinya meninggal dalam tragedi kecelakaan helikopter di Amerika Serikat. 

Mirip Francesco Totti di klub sepakbola AS Roma atau Paolo Maldini di AC Milan, Italia.

Tidak banyak atlet profesional yang setia dan loyal semacam ini.

Torehan prestasi Kobe Bryant bukan tanpa pengorbanan.

Selain kerja keras yang menjadi fondasinya, Bryant berkali-kali cedera serius yang nyaris mengakhirnya kiprahnya di lapangan basket.

Misal, dia mengalami patah tulang metakarpal tangan kanan pada musim 1999-2000.

Lalu, laserasi jari telunjuk kanan dan bahu kanan terkilir pada 2003-2004, disusul pergelangan kaki kanan terkilir pada 2003-2004.

Makin serius pada musim kompetisi NBA 2009-2010.

Dia mengalami retak avulsion jari telunjuk, pembengkakan lutut kanan, dan pergelangan kaki
kiri terkilir.

Pada musim 2012-2013, tendon achilles kaki kirinya sobek dan dioperasi.

Setahun kemudian, musim 2013-2014, tulang di lutut kirinya patah.

Setahun menjelang pensiun, rotator cuff yaitu kumpulan otot dan tendon yang melindungi sendi—bahu kanannya sobek.

Hebatnya, Kobe Bryant tidak patah semangat. Dia menyadari bahwa cedera merupakan risiko seorang atlet.

Mengakui Berzina

Tak ada gading yang tak retak, di luar lapangan basket NBA yang gemerlap itu, kehidupan pribadi dan keluarga Kobe Bryant tak kurang pula pasang surutnya.

Sisi kelam turut menyertainya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved