Banjir Bandang di Bangli
Bupati Rencanakan Bangun Tanggul di Tiap Desa, Antisipasi Banjir Bandang di Wilayah Bangli
Pembangunan tanggul di setiap batas desa disebut-sebut mampu mengantisipasi banjir bandang di Bangli
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Bupati Rencanakan Bangun Tanggul di Tiap Desa, Antisipasi Banjir Bandang di Wilayah Bangli
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Bupati Bangli I Made Gianyar berencana membangun tanggul di setiap batas desa.
Upaya ini disebut-sebut mampu mengantisipasi banjir bandang, seperti yang terjadi di wilayah Banjar Hulun Danu, Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali.
Gianyar mengungkapkan, sungai di wilayah Hulun Danu ini tiap harinya merupakan sungai kering.
Namun tatkala musim hujan, air berserta lumpur meluap.
Luapan tersebut diakibatkan air kiriman dari wilayah Desa Penulisan, Desa Pinggan, serta Desa Belandingan.
“Saya telah berdiskusi dengan Pak Dandim, Pak Kapolres terkait masalah ini. Karena ini merupakan masalah tahunan, saya sudah teruskan pada Kepala Bappeda dan Kepala Dinas PUPR Perkim Bangli untuk ditindaklanjuti dengan uji kelayanan (fasibility study) dan berikutnya berlanjut ke pembuatan Detail Engineering Design (DED) pembuatan tanggul,” ungkapnya, belum lama ini.
Tanggul tersebut rencananya akan dibuat di tiap batas desa.
Menurut Gianyar, upaya tersebut mampu menahan endapan material lumpur saat terjadi musibah serupa.
Gianyar juga menilai pembuatan tanggul mampu mengantisipasi masalah kekurangan air di wilayah sekitar, sebagai dampak musim kemarau.
“Di wilayah sekitar, saat musim kemarau kekurangan air, saat musim hujan justru kelebihan air. Bagaimana mengatur pada saat hujan kelebihan air, airnya bisa ditampung. Sehingga pada saat musim kemarau air yang tertampung bisa digunakan untuk kebutuhan pertanian penduduk,” jelasnya.
Gianyar juga mengatakan bencana banjir bandang yang terjadi di Banjar Hulun Danu Jumat (7/2/2020) lalu, disinyalir merupakan imbas perubahan jenis tanaman masyarakat dari tiga desa di atasnya.
Jika sebelumnya masyarakat sekitar menanam tanaman keras, kini berubah menjadi tanaman hortikultura, seperti cabai, bawang, dan sebagainya.
“Sehingga pada saat musim peghujan, penyerapan tidak ada, akibatnya tanah di permukaan (dari tiga desa) lari ke sini yang subur-subur. Kalau terus seperti ini, tiga desa yang di atas akan kering tanahnya. Karenanya jika sudah dibuatkan tanggul, di atas akan tetap subur, dan di Hulun Danu tidak banjir lumpur, melainkan banjir air yang dialirkan ke danau,” terangnya.
Mengenai pembiayaan, bupati asal Desa Bunutin, Kintamani itu, akan segera mengusulkan ke provinsi dan pemerintah pusat.