Alihkan Rapat Kenegaraan ke Bali, Strategi Tutupi Hilangnya Kunjungan Wisatawan China

Guna menutupi hilangnya kunjungan wisatawan China ke Bali akibat merebaknya virus corona, kegiatan pemerintah pusat akan diselenggarakan di Bali

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Sejumlah turis China mendominasi kunjungan di Pantai Kelan, Badung, Selasa (23/10/2018). Pariwisata Bali dijual murah kepada wisatawan China. Alihkan Rapat Kenegaraan ke Bali, Strategi Tutupi Hilangnya Kunjungan Wisatawan China 

Alihkan Rapat Kenegaraan ke Bali, Strategi Tutupi Hilangnya Kunjungan Wisatawan China

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Guna menutupi hilangnya kunjungan wisatawan mancanegara asal China ke Bali akibat merebaknya virus corona, kegiatan pemerintah pusat seperti rapat negera dan sebagainya akan diselenggarakan di Bali.

Koordinator Staf Khusus Presiden, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana mengatakan, rencana ini sudah dibicarakan dan bahkan sudah dua kali dibawa dalam rapat terbatas (ratas) oleh Presiden Joko Widodo.

"Itu sudah dua kali ratas, ada arahan presiden terkait dengan contingency plan untuk menangani virus corona," kata dia dalam Musda Pengurus Daerah (Pengda) Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) Bali di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Bali, Minggu (23/2/2020).

Kata dia, pemerintah memang berencana menggelar rapat-rapat di Bali.

Selain Pulau Dewata, hal serupa juga berencana dilakukan di Sulawesi Utara dan Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau yang selama ini mengalami dampak dari adanya virus corona.

Sebagai pintu masuknya Indonesia, kata dia, pemerintah betul-betul memikirkan Bali agar aman dari ancaman virus corona.

"Karena isu kesehatan (dan) keamanan itu sensitif kan bagi kedatangan turis ke Bali," jelasnya.

Ari mengatakan, persepsi yang terbangun sekarang harusnya positif, mengingat Indonesia sampai saat ini belum terdapat virus corona.

Selain, berencana memindahkan rapat ke Bali, pemerintah juga berencana memberikan fasilitas lain seperti penurunan harga tiket pesawat kepada wisatawan domestik.

"Ini masih digodok, masih dikaji arahan Presiden. Masih dicari strategi untuk menarik wisatawan untuk datang ke Bali dan ke tempat lain," kata dia.

Di tengah merebaknya virus corona di berbagai negara sebenernya menjadi sebuah peluang bagi keberadaan industri pariwisata di Bali.

Sebab banyak wisatawan yang datang mengunjungi negara-negara yang sudah terpapar virus corona, seperti China, Singapura dan Thailand.

Baginya, jika wisatawan batal berlibur ke beberapa negara tersebut, tentu saja sedang berupaya untuk mencari alternatif untuk berlibur ke negara lain.

Oleh karena itu, Ari mengimbau agar pemerintah Bali melakukan diversifikasi pasar pariwisata.

"Tidak hanya di satu negara, tapi bisa menyebar dan ini opportunity-nya cukup tersedia," kata pria kelahiran Ubud, Gianyar itu.

Poin penting melakukan diversifikasi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan tawaran yang menarik sehingga para wisatawan mancanegara yang sedang mencari destinasi alternatif bisa melirik Indonesia, khususnya Bali.

Kapan hal ini akan mulai dilakukan?

Ari Dwipayana menjawab, perintah presiden masih dikaji oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Tentu setelah kajian itu selesai, itu akan disampaikan ke publik," tuturnya.

Kata dia, upaya ini hanyalah salah satu contingency plan yang rencananya dilakukan untuk menghadapi dampak virus corona.

"Bukan satu-satunya, tetapi berbagai langkah. Tentu kami harapkan juga promosi Bali ke destinasi ke negara-negara (atau) pasar lain juga digencarkan," harapnya.

Cabut Travel Advice 

Untuk menggantikan hilangnya kunjungan wisatawan China, pangsa pasar wisata bisa dialihkan ke Eropa dan Australia.

Terlebih Presiden Jokowi beberapa hari lalu sudah bertandang ke Australia guna mendorong pencabutan travel advice kepada beberapa daerah di Indonesia.

"Karena tidak mungkin semua daerah diberikan travel advice yang sama. Nah seperti itulah langkah-langkah diplomasi yang harus dilakukan supaya lebih banyak mendorong wisatawan datang ke Bali," kata Koordinator Staf Khusus Presiden, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana .

Menggairahkan pariwisata tidak hanya dengan rapat, dalam garis besarnya Bali membutuhkan MICE atau dengan kata lain, Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran), baik dari kalangan pemerintah maupun swasta. 

Potensial Digarap

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan, MICE sangat potensial untuk digarap.

Dampak perekonomian MICE terhadap Bali sangat besar, sebagaimana tercermin pada perhelatan IMF World Bank Annual Meeting 2018 lalu.

"Bapenas mencatat, perhelatan dihadiri 34.761 peserta dari 189 negara. Hal ini memberikan dampak langsung Rp 5,492 triliun, antara lain berasal dari Rp 3,05 triliun infrastruktur dan Rp 582 miliar pengeluaran peserta," paparnya.

“Perhelatan ini memberikan sumbangan 0,45 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Bali, peningkatan kesempatan kerja sebesar 0,78 persen dan peningkatan upah riil sebesar 0,7 persen,” sambung Trisno.

(ask/sui)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved