Sponsored Content
Muda-Mudi Bali Ikuti Lomba Debat Berbahasa Bali Serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020
Mengajak generasi muda untuk membahas apa yang menjadi kendala dan tantangan untuk pelestarian bahasa dan aksara Bali.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020 kali ini menghadirkan wimbakara (lomba) debat mebasa Bali di Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (25/2/2020).
Lomba ini diikuti oleh delapan tim yang merupakan perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali.
Namun sayangnya, Kabupaten Klungkung tidak mengirimkan perwakilannya.
Masing-masing tim terdiri dari tiga anggota yang masih berstatus pelajar SMP ataupun SMA.
• Adik Ashraf Sinclair Berjanji Menjaga BCL dan Noah, Ini Ungkapan Hati Aishah Sinclair
• Lomba Bali Grafi Dengan Aksara Bali di Tabanan, Wujud dari Pelestarian Budaya
• Tik Tok Jadi Kedok Muncikari Pasarkan Gadis Remaja, Terungkap Saat Adegan Mesum Hingga Tarif Murah
Setiap sesi lomba menampilkan dua tim yang terdiri dari tim tungkas dan tim cumpu.
Kedua tim itu kemudian adu argument yang topiknya tekait dengan bahasa dan aksara Bali.
Pada saat lomba berlangsung, suara-suara dari peserta yang beradu gagasan justru keras dan agresif karena berupaya saling mempertahankan pendapat satu sama lain.
Menariknya, masing-masing tim itu saling mengajukan gagasan, melontarkan pertanyaan, sekaligus kritik tentang keberadaan bahasa dan akrasa Bali yang menjadi topik debat.
Dengan menggunakan bahasa Bali halus, tim tungkas dan tim cumbu itu mengungkap keberadaan bahasa aksara Bali kini yang kurang diminati anak muda, lalu membeberkan akar permasalahannya serta memberikan solusi.
Penampilan mereka sangat kreatif, sehingga seperti menyaksikan sebuah pertunjukan saja.
Kasi Inventarisasi dan Pemeliharaan Dokumentasi Budaya Dinas Kebudataan Provinsi Bali, Made Mahesa Yuma Putra mengatakan, kegiatan ini sebagai upaya melestarikan tradisi, sehingga melibatkan peserta dari tingkat SMP hingga kejenjang yang lebih tinggi.
“Tujuannya agar bahasa dan aksara Bali itu tetap lestari dan ajeg,” katanya.
Ia berkata, lomba debat tersebut mengajak generasi muda untuk membahas apa yang menjadi kendala dan tantangan untuk pelestarian bahasa dan aksara Bali.
“Dengan tema dan topik yang diberikan oleh panitia, masing-masing peserta membahas lalu diperdebatkan,” imbuhnya.
Mahesa mengatakan, dari debat itu akan dapat meningkatkan penguasaan bahasa dan aksara Bali khususnya pada generasi muda.
Menurutnya, sebagai generasi muda memang seharusnya memberikan suatu solusi guna melestarikan bahasa dan aksara Bali.(*)