Pengamat Sarankan Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Atur Kemasan Parade Ogoh-Ogoh di Tengah Isu Corona
Salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 (Virus Corona) adalah menghindari kerumunan orang banyak.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, JIMBARAN - Salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 (Virus Corona) adalah menghindari kerumunan orang banyak.
Menjelang Hari Raya Nyepi masyarakat Bali disibukkan dengan beragam kegiatan seperti melaksanakan upacara melasti, hingga parade ogoh-ogoh sebagai bagian dari pemaknaan perayaan Tahun Baru Saka bagi umat Hindu.
Pengamat Sosial Universitas Udayana, Gusti Bagus Suka Arjawa meminta pemerintah, elit politik, elit agama dan budaya untuk memperhatikan kemasan pelaksanaan parade ogoh-ogoh di tengah isu corona, karena salah satu potensi penularan adalah keramaian.
"Menjelang Nyepi, di Bali cenderung masyarakat banyak berkumpul apalagi ini menjelang Hari Raya Nyepi, khusus kepada pemerintah, menjelang Nyepi bagaimana harus menyikapi apakah kita harus menyederhanakan upacara itu ?" tutur Suka Arjawa, Rabu (4/3/2020).
• Cegah Virus Corona, Ini Macam-Macam Minuman Tradisional dari Bahan Herbal dan Cara Membuatnya
• Sikapi Virus Corona, Pemkab Badung dan Komponen Pariwisata Lakukan Koordinasi
Menurutnya, persiapan parade ogoh-ogoh sudah menyita banyak tenaga dan waktu anak-anak muda di banjar.
"Sekarang anak-anak muda bisa kehabisan tenaga, sampai malam membuat ogoh-ogoh, fisik bisa menjadi lemah, padahal corona mudah "memangsa" yang fisiknya lemah," ucap dia.
Sehingga, kata Dosen Sosiologi itu, perlu ada teknis yang sedikit dikemas berbeda dalam parade ogoh-ogoh dari pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya.
"Menurut saya di tengah kekhawatiran terhadap corona sebaiknya ditekan, oke dilaksanakan, tapi bisa diatur, saat parade mungkin yang dulu sampai 2 kilometer, sekarang cukup jaraknya 100 meter saja, atau di perempatan saja, kalau dulu waktunya 2 jam sekarang cukup setengah atau satu jam," kata dia.
• Teco Kritik Wasit Sering Bantu Ceres Negros: Parah Sekali Wasit AFC
"Dengan begitu kan upacara tetap bisa berjalan, memaknai perayaan bisa, dan menghindari penyebaran virus corona juga bisa," sambung dia
Akan tetapi, dalam hal ini, perlu ada diskusi khusus antar pemangku kepentingan terkait untuk mengutamakan kesehatan di atas segalanya.
"Apa artinya pariwisata sukses tapi kemudian kesehatan terganggu virus corona. Nyawa manusia lebih tinggi dari apapun," jelas Dekan FISIP Universitas Udayana itu. (*)