Fakta Kalista Iskandar, Finalis Puteri Indonesia 2020 dari Sumatera Barat Yang Tak Hafal Pancasila

Kalista Iskandar salah satu peserta dalam ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2020 hingga kini masih menjadi sorotan.

Penulis: Meika Pestaria Tumanggor | Editor: Eviera Paramita Sandi
Instagram @kalistaiskandar via Tribunnews
Kolase foto Kalista Iskandar, finalis Puteri Indonesia 2020 asal Sumatera Barat 

Malam final diadakan di Jakarta, dimana Kalista mampu menembus babak 5 Besar and meraih penghargaan Miss Congeniality (Miss Persahabatan).

Puteri Indonesia 2020

Kalista terpilih sebagai Puteri Indonesia Sumatra Barat 2020, mewakili provinsi Sumatra Barat dalam kontes Puteri Indonesia 2020, yang diadakan pada tanggal 6 Maret 2020.

Kalista berhasil lolos sebagai semifinalis 6 besar.

Kalista adalah pemenang kedua berketurunan Eurasia yang memenangkan gelar Puteri Indonesia Sumatra Barat, setelah sebelumnya Intan Aletrino menjuarai ditahun 2016.

Kalista membawa advokasi dan fokus menyuarakan tentang metode pendidikan bagi anak berdasarkan bakat yang mereka miliki atau yang disebut EKBOT (Educating Kids Based On Talent), dimana diharapkan metode ini kedepannya dapat mendorong pendidikan di Indonesia lebih baik dan mewujudkan ekonomi kreatif.

Dapat pembelaan dari Najwa Shibab hingga Sarah Sechan

Melalui akun instagramnya, Najwa Shihab turut memberikan tanggapan terkait viralnya sosok Kalista Iskandar setelah tak berhasil menyebutkan Pancasila dengan benar.

Najwa Shibab menilai Kalista Iskandar gugup.

Ia pun menceritakan pengalamannya saat gugup ketika akan membawakan berita.

Saking gugupnya, Najwa Shibab bahkan sampai salah menyebut nama sendiri.

"Ramai soal Puteri Sumatera Barat Kalista Iskandar yang sempat salah menyebutkan Pancasila saat menjawab pertanyaan Ketua MPR Bambang Soesatyo. Saya jadi teringat pengalaman siaran langsung pertama kali. Gugup luar biasa. Saya sampai salah menyebut nama sendiri. Bayangkan, perdana muncul di televisi tapi memperkenalkan diri sebagai orang lain. Teringat juga pengalaman meliput bencana tsunami di Aceh. Karena kekalutan situasi saya salah menyebut Kota Calang menjadi Calung. Usai laporan langsung itu, saya dihampiri oleh seorang bapak sambil menangis, karena ia masih menunggu kabar dari keluarganya di kota yang saya salah sebut tadi," tulis Najwa Shihab di Instagramnya, Sabtu (7/3/2020).

Najwa Shihab juga memaklumi kegugupan yang dialami Kalista Iskandar.

Terlebih dia hanya diberi kesempatan beberapa detik saja untuk menjawab.

"Jadi saya bisa memahami kegugupan yang pasti berkali-kali lipat dihadapi Kalista tadi malam. Hanya diberi waktu menjawab 30 detik di tengah riuh rendahnya sorakan penonton," lanjut Najwa.

Najwa Shihab juga mengkritik Bambang Soesatyo yang mempertanyakan hafalan Pancasila Kalista Iskandar.

Najwa bercerita Bambang juga pernah berada pada situasi yang hampir mirip hingga salah ucap sampai tiga kali, yakni saat mengucap sumpah sebagai ketua MPR.

"Ketua MPR Bambang Soesatyo yang tadi malam mengajukan pertanyaan hafalan itu, juga pernah berada di situasi yang hampir mirip. Saat momen pelantikannya menjadi Ketua DPR. Walau bukan hapalan, karena ia dituntun saat mengucapkan sumpah, tapi ia juga sempat salah ucap sumpah. Bahkan sampai 3 kali. We are all humans after all. #CatatanNajwa," sambung Najwa Shihab.

Lewat postingan Instagramnya, presenter Sarah Sechan juga memberikan pandangannya mengenai apa yang terjadi oleh Kalista saat menyebutkan Pancasila di malam Pemilihan Putri Indonesia tahun 2020.

Sarah Sechan menulis bahwa penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari lebih penting ketimbang menghapal.

"baca pro & kontra ttg moment di mana salah satu finalis puteri Indonesia gak hafal Pancasila. lebih banyak yg kontra. seberapa penting “hafal Pancasila”? lebih penting mana; penerapan atau hafalan? sekolah jaman sekarang beda dgn sekolah saya dulu. waktu SD yg seumuran dgn saya pasti ingat dan paham betul sekolah lebih banyak menghafal. kalau sekarang saya tanya Rajata ttg Pancasila, bisa jadi dia juga gak hafal. tapi apakah dia paham betul Tuhan hanya satu dan Tuhan mengajarkan semua agama ttg kebaikan? I hope so. diskusi kami di rumah ttg kepercayaan tidak pernah mengenai bhw agama yg kami peluk lbh baik dari yg lain. waktu dia SD, saya pernah diberi tahu gurunya saat ambil raport bhw di jam istirahat rajata sering tidak bermain dgn teman2nya. di rumah saya tanya kenapa, jawabnya “aku lagi pengen main sama adik kelas yg special needs, karena dia cuma ditemani susternya. aku temenin dia karena dia anggap aku kakak dan aku senang ngobrol sama dia. kids with autism are close to genius, ibu.” Rajata tidak pernah lupa bilang terima kasih dan peluk bibi & supir di rumah saat mereka mau pulang setiap sore. waktu kecil setiap Rajata dapat uang lebaran atau angpao, dia akan berbisik ke saya “aku boleh kasih ke bibi? dia lebih perlu, aku kan masih kecil, gak perlu uang karena ada ibu”. I don’t need my son to memorize Pancasila when he understands how to be a kind human and function well in society. sekarang banyak yg hafal Pancasila. tapi penerapannya gimana? and guess what? being questioned and judged in front of millions is never easy. makanya saya gak pernah ikutan beauty pageant. karena bisa jadi pas ditanya nama saat penjurian saya gugup dan jawab Raisa," tulis Sarah Sechan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved